Penganiaya Guru di Makassar Ternyata Bekas Murid Korban
- pixabay.com
VIVA.co.id - Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Makassar, Chidir Madja, mengungkapkan bahwa Adnan Ahmad (43 tahun), tersangka penganiayaan guru arsitek, Dasrul (54 tahun), merupakan alumnus sekolah itu. Bahkan Adnan sempat diajar Dasrul pada medio 1990-an.
"Iya, dia (Adnan) adalah alumni sekolah ini juga dan pernah diajar Pak Dasrul," katanya kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon pada Kamis, 11 Agsutus 2016.
Chaidir mengaku menyesalkan penganiayaan yang dilakukan orang tua siswa. Ia juga menyerahkan kasus itu sesuai hukum yang berlaku.
Di mata Chaidir, Dasrul adalah guru yang sabar dan pendiam. Dasrul, katanya, tidak pernah ada laporan main tangan menghukum siswa. "Selama saya jadi kepala sekolah Pak Dasrul tidak pernah menyinggung orang lain atau guru-guru lain," katanya.
Dia akan menggelar rapat dengan dewan guru dan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah pada hari ini. Kemungkinan anak Adnan, MA (15 tahun), akan dikeluarkan dari sekolah. "Dia sudah terbukti ikut membantu ayahnya menganiaya Pak Dasrul, maka tinggal dirapatkan saja untuk dikeluarkan," ujarnya.
Peristiwa peganiayaan terhadap guru arsitektur itu terjadi di parkiran SMK Negeri 2 Makassar pada Rabu 10 Agustus 2016. Pelaku datang menemui Pak Dasrul seusai menerima panggilan telepon anaknya di sekolah karena dipukul dan dikeluarkan dari kelas oleh gurunya.
Awalnya, Dasrul mengusir MA dari kelas karena tidak membawa alat dan buku saat mata pelajaran teknik menggambar sekira pukul 10.00 WITA. Tak terima diusir, MA disebut sempat menendang pintu kelas dan mengeluarkan kata kasar kepada guru.
Di hadapan polisi, Adnan Ahmad mengaku datang ke sekolah ingin bertemu guru itu karena anaknya yang dihukum. Dia mengaku refleks menonjok hidung korban hingga berdarah karena emosi. "Dia terlalu nyolot saat kami bertemu. Jadi, saya langsung tonjok mukanya, padahal saya cuma mau tanya kenapa begitu caranya mendidik," kata Adnan.
Sang guru mengaku hanya memberi hukuman kepada muridnya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan tidak membawa alat gambar. Ia berterus terang terpaksa menepuk mulut MA karena mengeluarkan kata tidak pantas saat siswa itu diminta keluar ruang.