Gubernur Ganjar: Sekolah Sehari Penuh Tak Cocok untuk Desa
- Fajar Sodiq/Solo
VIVA.co.id – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menilai wacana penerapan program sekolah sehari penuh (full day school) hanya cocok untuk sekolah-sekolah di kota. Dia menganggap aturan yang diwacanakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, itu tidak cocok untuk perdesaan.
Namun Ganjar tak menyoal jika program sekolah sehari penuh itu diuji coba di sejumlah daerah. Sebab selama ini provinsi yang dipimpinnya juga telah menerapkan lima hari sekolah.
"Tidak apa-apa diuji coba. Lima hari sekolah Jateng juga sudah ada evaluasinya. Karakternya (penerapannya) cocok di kota, kalau di desa-desa belum (cocok),” kata Ganjar di Semarang pada Kamis, 11 Agustus 2016.
Gubernur menyebut berdasarkan evaluasi lima hari sekolah di Jateng, penerapan kokurikuler di wilayah perdesaan mengalami banyak masalah. Salah satunya, permasalahan transportasi siswa untuk pulang ke rumah masing-masing.
Kendala lain, untuk pelajar di wilayah perkampungan biasanya memiliki budaya membantu orang tua sehabis pulang sekolah. Maka banyak orang tua yang akan keberatan jika anaknya belajar di sekolah hingga sore.
Mengenai penerapan lima hari sekolah, Ganjar mengaku telah mengusulkannya kepada mantan Mendikbud, Anies Baswedan. Tetapi usulan itu banyak diprotes, terutama waktu sekolah itu mengganggu proses mengaji anak-anak saat sore.
Dengan segala pertimbangan, akhirnya Gubernur menyatakan, lima hari sekolah diuji coba bagi sekolah yang siap. Sementara yang belum siap tidak perlu melakukan kokurikuler.
Jika benar wacana sekolah sehari penuh diuji coba, menurut Ganjar, sekolah harus bisa memastikan suasana belajar dan mengajar semenarik mungkin. Hal demikian agar para peserta didik tidak bosan dalam belajar.
“Saya usul sekolah tidak (hanya) di kelas terus, tapi (belajar) di luar kelas. Makanya diuji coba dulu, karakternya (cocok) di kota dulu,” kata Gubernur.
(ren)