Orang Rimba Ketakutan, Anaknya Tewas Terjangkit Hepatitis
- www.cs.nyu.edu
VIVA.co.id - Meninggalnya Merangkuan (5 tahun) akibat komplikasi Hepatitis, meninggo encepaletis dan anemia akut menimbulkan ketakutan bagi lain. Menurut Menti Gentar, salah seorang pimpinan adat di kelompok Tumenggung Ngadap, sebagian di Sako Tulang sudah pergi melangun (berpindah ke lokasi lain).
Sako Tulang merupakan daerah asal Merangkuan, sedangkan Menti Gentar yang bermukim di Sako Nini Tulang sekitar 4 kilometer dari Sako Tulang ikut merasakan ketakutan yang terjadi di kalangan .
“Kami di rimba sering terjadi penyakit semacam ini. Saat ini anggota kelompok kami banyak yang sakit demam dan batuk, ada yang kuning juga dan demam kuro (malaria,red),” sebut Gentar (30), Rabu, 10 Agustus 2016.
Untuk itu, Gentar berharap ada tindakan dari pemerintah untuk melakukan penanganan terhadap penyakit yang menyerang . “Kami berharap ada petugas kesehatan yang datang ke tempat kami, melakukan pengobatan dan juga memberi kami untuk tahan dengan penyakit itu,” katanya.
Dikatakan Gentar, sudah mengetahui adanya hasil studi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tentang. “Kami sudah diberi tahu kalau kami sangat banyak yang kena penyakit hepatitis, waktu itu ada dokter yang memeriksa kami, kami takut mendengarkannnya waktu itu. Makanya kami juga sudah pergi ke dinas kesehatan untuk supaya ada tindakan dari pemerintah pada kami,” sebut Bapak tiga anak ini.
Hanya saja lanjut Gentar, hingga kini belum juga ada tindakan langsung ke . “Tolonglah kami ini, sakit kuning itu banyak pada kami. Kami tidak tau bagaimana mengatasi penyakit ini,” ujarnya.
Tak Ada Imunisasi
Rusli Effendi, Fasilitator Kesehatan WARSI menambahkan, sejauh ini banyak faktor yang menyebabkan sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Penyebab utamanya belum adanya kekebalan dalam melawan penyakit menular yang menyerang mereka. “Idealnya ada imunisasi massal yang dilakukan pada , sembari melakukan kampanye hidup bersih pada ,” kata Rusli.
Rusli mencontohkan Merangkuan yang berusia 5 tahun mengidap hepatitis, sangat mungkin tertular dari orang dewasa di sekitarnya. "Ketika daya tahan tubuhnya yang lemah karena juga menderita anemia sangat mungkin menyebabkan dia terserang virus Meningoencephalitis atau peradangan pada otak,” ujar Rusli.
Kondisi kesehatan yang dalam ancaman besar hepatitis dan malaria sudah terungkap melalui studi yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman bekerjasama dengan komunitas Konservasi Indonesia WARSI pada awal tahun kemarin.
Dari studi Eijkman yang melakukan studi di tiga kabupaten yaitu Batanghari, Tebo dan Sarolangun, diketahui prevalensi Hepatitis B pada sebesar 33.9 persen. Hal ini menunjukkan empat dari 10 atau lebih dari sepertiga populasi orang Rimba mengidap penyakit hepatitis B.
Penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Tidak hanya itu penyakit malaria juga menjadi ancaman besar pada dengan prevalensi mencapai 24,26 persen.