Alasan Mendikbud Gagas 'Full Day School'
Senin, 8 Agustus 2016 - 19:40 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menggagas wacana untuk mengubah durasi pendidikan di sekolah negeri maupun swasta, menjadi sistem
full day school
atau sekolah sepanjang hari.
Baca Juga :
Jadwal Terlalu Padat Mampu Picu Anak Depresi
Alasannya, sistem ini dinilai cocok mengurangi kesempatan anak mendapatkan pengaruh negatif, saat mereka tak dalam pengawasan orang tua sepulang sekolah. Terutama di masyarakat perkotaan.
"Ini tentatif masih gagasan. Kemudian kan kalau nanti pulang jam 5 (sore) kalau masyarakat kota kan umumnya pulang jam 5, nanti bisa jemput anaknya-lah pulang bersama," jelas Muhadjir, usai menghadap Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 8 Agustus 2016.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu membandingkannya dengaan kondisi saat ini. Ketika waktu pulang kerja kantor sekitar pukul 17.00 WIB, sementara sekolah sudah membubarkan diri pukul 13.00 WIB.
"Antara jam 1 sampai jam 5 anaknya malah kita enggak tahu siapa yang bertanggung jawab, karena sekolah juga sudah melepas. Sementara keluarga juga belum ada. Justru ini yang saya duga terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja," kata Muhadjir.
Menurutnya, kegiatan anak selama celah waktu itu perlu diisi dengan berbagai hal positif, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi itu.
"Untuk menyempitkan ruangan kosong ini, maka kita lakukan dengan waktu sekolah diperpanjang, disesuaikan dengan jam kerja orangtuanya," jelasnya.
Perubahan waktu sekolah itu, akan membuat jadwal pelajaran menjadi lebih padat, sehingga waktu libur sekolah bisa diperbanyak, menjadi Sabtu dan Minggu. Waktu senggang libut sekolah yang lebih banyak ini, juga bisa dimanfaatkan orang tua agar lebih dekat dengan anak mereka.
Konsep perpanjangan jam belajar di sekolah ini, juga tidak dihabiskan hanya dengan menekuni teori di dalam kelas. Tetapi juga dimanfaatkan untuk kegiatan di luar kelas.
"Jadi tidak sepenuhnya ada di dalam kelas, karena secara psikologis kita tahu psikologis daya tahan anak tahannya hanya berapa jam, tidak mungkin (di kelas terus). Tapi di luar nanti mereka bisa bergembira, belajar berbagai macam hal di situ kan," ungkapnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu membandingkannya dengaan kondisi saat ini. Ketika waktu pulang kerja kantor sekitar pukul 17.00 WIB, sementara sekolah sudah membubarkan diri pukul 13.00 WIB.