Polemik Haris Azhar, Mahfud MD Ingat Sebuah Film Amerika

Mahfud MD
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengungkap kesaksian gembong narkoba yang sudah dieksekusi mati, Freddy Budiman. Isinya, oknum BNN, Polri, dan TNI, terlibat dalam peredaran narkoba di Indonesia.

Langkah Haris itu segera membuat ramai publik Tanah Air. Belakangan, ketiga institusi yang disebut-sebut itu melaporkannya ke Bareskrim Polri.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, menilai apa yang disampaikan Haris dalam media sosial itu seperti yang terjadi di film The Life of David Gale. Menurutnya, film itu menceritakan seorang profesor filsafat dari University of Texas yang dituduh memerkosa dan membunuh sesama aktivis anti hukuman mati.

Dalam cerita tersebut, lanjut Mahfud, sebelum mati, David Gale mengundang wartawan untuk mempublikasikan bukti-bukti bahwa dia tidak bersalah telah melakukan pembunuhan tapi ada orang lain yang melakukan pembunuhan. Namun, usaha tersebut tetap tidak bisa menyelamatkan hidup David Gale meski dia bukan pelaku pembunuhan tersebut.

"Dalam film itu ada pesan bahwa jangan melakukan eksekusi mati karena belum tentu orang tersebut bersalah," kata Mahfud di sela-sela peresmian Jogja Sport Clinic di Yogyakarta, Minggu, 7 Agustus 2016.

Menurut Mahfud, bisa saja Haris melakukan tindakan tersebut karena terinspirasi dari David Gale sehingga pengakuan Fredy Budiman sengaja diposting usai dieksekusi.

"Haris kan seorang aktivis anti hukuman mati. Ini pesan kepada pemerintah bisa saja pemerintah salah dalam mengeksekusi mati seseorang," kata Mahfud.

Dieksekusinya David Gale sama seperti keyakinan Haris, yaitu adanya gembong narkoba di atas Freddy Budiman yang seharusnya ditangkap dan dihukum. Namun sayang, dengan kematian Freddy, kotak pandora tersebut tidak terbongkar.

"Ini mungkin kisah di balik cuitan Haris yang disebar melalui media sosial miliknya. Kebenarannya ya tanya Haris sendiri saja," tuturnya.

Seperti diketahui, jelang detik-detik eksekusi, Koordinator Kontras, Haris Azhar, memposting tulisan di akun resmi Facebook maupun Twitter Kontras. Kesaksian itu berjudul Cerita Busuk dari Seorang Bandit.

Dalam tulisan itu antara lain memuat tentang pengakuan Freddy telah memberi uang Rp450 miliar ke BNN, Rp90 miliar ke pejabat tertentu Polri, dan menggunakan fasilitas mobil TNI bintang dua. Itu semua diakui Freddy dilakukan selama dia menyelundupkan narkoba bertahun-tahun.

Masih dalam tulisan itu disebutkan juga Freddy berangkat bersama petugas BNN ke pabrik yang memproduksi narkoba di China.

Atas langkahnya itu, Haris Azhar lalu dilaporkan ke Bareskrim oleh Polri, TNI, dan BNN. Ia dituduh melakukan fitnah dan pencemaran nama baik.

Buronannya Ada di Apartemen Mewah Jakarta, KPK Tak Berani Tangkap