Makna Guratan Jokowi di Pembukaan Pameran Lukisan Istana
Senin, 1 Agustus 2016 - 12:06 WIB
Sumber :
- Agus Rahmat/ VIVA.co.id
VIVA.co.id
- Pada acara pembukaan pameran seni rupa Istana Kepresidenan di Galeri Nasional pagi tadi, 1 Agustus 2016. Usai memberikan sambutan pembuka acara, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri membubuhkan goresan pada sebuah kanvas.
Goresan itu mirip bentuk huruf 'S', menggunakan perpaduan warna merah, kuning dan hitam. "Saya tadi mau menulis 'seni' tapi mau saya lakukan, tergesa-gesa," kata Jokowi tersenyum, usai acara.
Menurut Presiden, seni bagi bangsa Indonesia adalah sebuah kekuatan karena banyak mengandung nilai budaya bangsa di dalamnya.
"Seni budaya ini sebetulnya sebuah kekuatan Indonesia, DNA kita mungkin di situ," kata Jokowi.
Lewat penyelenggaraan pameran ini, Presiden berharap nilai budaya Indonesia bisa muncul kembali. Sebab selama ini, nilai tersebut kian luntur.
Baca Juga :
Harapan Industri Pelayaran untuk Menhub Baru
"Kalau kita lihat perjalanan kurun waktu dulu, sebelumnya, sekarang, kelihatan sekali ada yang putus, ini yang perlu disambungkan agar ada kesinambungan membangun nilai-nilai Indonesia, nilai-nilai kebudayan kita," ujarnya menjelaskan.
Jokowi juga mengaku senang melihat semua lukisan Istana Kepresidenan yang dipamerkan. Sayangnya yang ditampilkan ke publik baru satu persen dari keseluruhan koleksi yang mencapai tiga ribu lebih. Satu yang paling mengesankan Presiden adalah lukisan Soekarno berjudul Rini.
Beberapa karya lain yang juga diingat Jokowi adalah karya Afandi berjudul Laskar Rakyat Mengatur Siasat, dan Potret HOS Tjokroaminoto. Kemudian juga lukisan karya S. Sudjono berjudul Di Depan Kelambu Terbuka, Kawan-Kawan Revolusi, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, Mengungsi, Sekko atau Perintis Gerilya, serta karya Henk Ngantung dengan judul Memanah, lukisan ini hasil reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo.
"Jadi kalau saya ditanya yang mana, jadi karena sudah dipilih hanya 1 persen, artinya dipamerkan tadi yang dipilih betul," katanya.
Pameran lukisan Istana Kepresidenan ini terbuka gratis bagi umum, dan berlangsung selama Agustus 2016. Pameran ini juga menjadi rangkaian acara Bulan Kemerdekaan Indonesia ke-71.
Berikut daftar koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang ditampilkan dalam pameran:
1. Affandi, Laskar Rakyat Mengatur Siasat, 1946
2. Affandi, Potret H.O.S. Tjokroaminoto, 1946
3. Basoeki Abdullah, Pangeran Diponegoro Memimpin Perang, 1949
4. Dullah, Persiapan Gerilya, 1949
5. Harijadi Sumadidjaja, Awan Berarak Jalan Bersimpang, 1955
6. Harijadi Sumadidjaja, Biografi II di Malioboro, 1949
7. Henk Ngantung, Memanah, 1943 (reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo)
8. Kartono Yudhokusumo, Pertempuran di Pengok, 1949
9. Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857
10. S.Sudjojono, Di Depan Kelambu Terbuka, 1939
11. S. Sudjojono, Kawan-kawan Revolusi, 1947.
12. S. Sudjojono, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, 1964
13. S. Sudjojono, Mengungsi, 1950
14. S. Sudjojono. Sekko (Perintis Gerilya), 1949
15. Sudjono Abdullah, Diponegoro, 1947
16. Trubus Sudarsono, Potret R.A. Kartini, 1946/7
17. Gambiranom Suhardi, Potret Jenderal Sudirman, 1956
18. Soerono, Ketoprak, 1950
19. Ir. Sukarno, Rini, 1958
20. Lee Man-Fong, Margasatwa dan Puspita Nusantara, 1961
21. Rudolf Bonnet, Penari-penari Bali sedang Berhias, 1954
22. Hendra Gunawan, Kerokan, 1955
23. Diego Rivera, Gadis Melayu dengan Bunga, 1955
24. Miguel Covarrubias, Empat Gadis Bali dengan Sajen, sekitar 1933-1936
25. Walter Spies, Kehidupan di Borobudur di Abad ke-9, 1930
26. Ida Bagus Made Nadera, Fadjar Menjinsing, 1949
27. Srihadi Soedarsono, Tara, 1977
28. Mahjuddin, Pantai Karang Bolong, tahun tak terlacak (sekitar 1950an)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Jadi kalau saya ditanya yang mana, jadi karena sudah dipilih hanya 1 persen, artinya dipamerkan tadi yang dipilih betul," katanya.