Hendropriyono Ungkap Sulitnya Sesama Intel Berkoordinasi
Jumat, 29 Juli 2016 - 22:34 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id -
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM. Hendropriyono menilai insiden salah tembak antar aparat keamanan pada saat memburu kelompok terduga teroris Santoso dalam operasi Tinombala di Poso beberapa waktu lalu terjadi akibat lemahnya koordinasi intelijen.
Ia mengakui, dalam sebuah operasi di medan perang biasanya setiap kelompok atau regu memiliki kode-kode atau sandi intelijen tertentu yang digunakan sebagai kode untuk mengidentifikasi mana kawan dan lawan.
Sehingga ia meyakini, kasus salah tembak antar pasukan Brimob Polri dengan Pasukan TNI AD terjadi karena lemahnya koordinasi intelijen antar regu atau kelompok.
"Saya pernah kerja di sana (BIN). Kadang saking rahasianya sampai sesama teman sendiri masih rahasia-rahasian juga. Operasi intelijen tidak terkoordinasi dengan baik. Masalah koordinasi masih sulit," kata Hendropriyono di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 29 Juli 2016.
Untuk menghindari kejadian serupa, lanjut Hendro, para pemimpin regu atau pasukan di lapangan harus memperbaiki koordinasi intelijen di medan perang.
"Termasuk kualitas intelijen kita secara individu harus ditingkatkan," ujarnya.
Selain itu, ia menyarankan, agar para pemimpin pasukan baik di internal TNI maupun Polri dapat memperhatikan psikologis pasukan yang saat ini tengah memburu sisa-sisa kelompok terduga teroris Santoso di Poso Sulawesi Tengah.
"Itu yang terpenting, selain soal koordinasi sesama tim keamanan dalam operasi intelijen harus diperbaiki, para pemimpin di lapangan juga harus memperhatikan kondisi kejiwaan (psikologis) pasukan di lapangan," tuturnya.
"Saya pernah kerja di sana (BIN). Kadang saking rahasianya sampai sesama teman sendiri masih rahasia-rahasian juga. Operasi intelijen tidak terkoordinasi dengan baik. Masalah koordinasi masih sulit," kata Hendropriyono di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 29 Juli 2016.
Untuk menghindari kejadian serupa, lanjut Hendro, para pemimpin regu atau pasukan di lapangan harus memperbaiki koordinasi intelijen di medan perang.
"Termasuk kualitas intelijen kita secara individu harus ditingkatkan," ujarnya.
Selain itu, ia menyarankan, agar para pemimpin pasukan baik di internal TNI maupun Polri dapat memperhatikan psikologis pasukan yang saat ini tengah memburu sisa-sisa kelompok terduga teroris Santoso di Poso Sulawesi Tengah.
"Itu yang terpenting, selain soal koordinasi sesama tim keamanan dalam operasi intelijen harus diperbaiki, para pemimpin di lapangan juga harus memperhatikan kondisi kejiwaan (psikologis) pasukan di lapangan," tuturnya.
Baca Juga :
Kapolri: Operasi Tinombala dan Nemangkawi Serap Biaya Tinggi
Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala diubah Kapolri menjadi Operasi Madago Raya. Kapolri evaluasi capaian 2020.
VIVA.co.id
18 Februari 2021
Baca Juga :