Muhammadiyah Kritik Sikap Penentang Hukuman Mati

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id -
Johan Budi Harusnya Tanggapi Laporan Haris Azhar
Sekretaris Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menilai eksekusi mati jilid III yang baru dilakukan adalah langkah yang benar. Alasannya, hukum di Indonesia memang mengaturnya sehingga harus ditegakkan.
Dua Tahun Haris Azhar Simpan Rahasia Freddy Budiman

"Kalau menurut saya, kan Indonesia itu memang masih berlakukan hukuman mati. Sehingga, hukuman itu (mati) memang harus ditegakkan seadil-adilnya kepada siapa saja yang terbukti melanggar hukum di negeri ini," kata Mu'ti di Gedung Muhammadiyah, Jalan Mentang Raya, Jakarta Pusat, Jumat, 29 Juli 2016.
Tingkatkan Kerja sama, BSM dan Muhammadiyah Teken MoU


Mu'ti sangat menyayangkan sikap sebagian orang yang mengeluh atas eksekusi pada terpidana mati kasus narkoba tersebut. Padahal, ketika hukum yang sama dilakukan terhadap terpidana kasus terorisme mereka tidak bersikap demikian.

"Bahwa ada perdebatan dari sebagian masyarakat mengenai penolakan hukuman mati. Harusnya, kan dilakukan pada semuanya, jangan hanya kasus narkoba. Penentang hukuman mati juga harusnya menentang tersangka terorisme yang dihukum mati ini. Soal tersangka teroris yang dihukum mati diem saja, soal narkoba dia banyak bicara," ujar Mu'ti.

Maka dari itu, lanjutnya, harus jelas apakah yang ditentang adalah hukuman matinya, atau mekanismenya saja.

"Kalau menentang hukuman mati, semua bentuk hukuman mati untuk kejahatan, apapun harus dia tentang, kan begitu. Kalau yang dia tentang hukuman matinya," kata Mu'ti.

Sebelumnya diberitakan, empat narapidana narkoba sudah dieksekusi mati. Mereka adalah, Freddy Budiman, Michael Titus Igweh dan Humprey Ejike (Nigeria) dan seorang warga Senegal bernama Seck Osmane. (ase)
Terpidana mati asal Filipina Mary Jane Fiesta Veloso.

Menguak Kejanggalan Hukuman Mati Mary Jane

Mary tidak dihukum mati pada eksekusi jlid III.

img_title
VIVA.co.id
13 Oktober 2016