Usai Dicopot Jokowi, 'Rajawali Ngepret' Benahi Barang
Rabu, 27 Juli 2016 - 14:58 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/ Yunisa Herawati
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak sejumlah menteri di kabinetnya, Rabu, 27 Juli 2016. Salah satu yang terdepak adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli. Rizal digantikan Luhut Binsar Pandjaitan.
Pantauan VIVA.co.id di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di Gedung I BPPT, Jakarta Pusat, pukul 13.20 WIB, sejumlah pegawai mengangkut beberapa barang dari ruangan Rizal yang berada di lantai empat.
Â
Barang-barang yang diangkut di antaranya, lima kardus, satu lemari es, dua koper berukuran besar, satu mesin penghancur kertas, satu meja berukuran kecil, satu miniatur perahu dan satu pigura yang dibungkus dengan kertas koran. Barang-barang tersebut diangkut ke satu mobil boks yang terparkir di depan halaman gedung kementerian.
Â
Salah satu petugas yang enggan disebutkan namanya mengemukakan, barang-barang tersebut akan dibawa ke kediaman Rizal di Jalan Bangka, Jakarta Selatan. "Iya rencananya dibawa ke Jalan Bangka," katanya saat dikonfirmasi wartawan.
Â
Diketahui, Menteri yang dijuluki ‘Rajawali Ngepret’ itu telah menyampaikan salam perpisahannya melalui akun Twitternya. Ia mengungkapkan telah berusaha semaksimal mungkin berbuat baik kepada rakyat dan bangsa Indonesia.
Â
Saat menjadi Menteri, sikapnya sebagai tokoh pergerakan tak berubah. Seringkali dia melontarkan kritik terhadap kebijakan yang dilahirkan pemerintah, sehingga berujung konflik di tubuh Kabinet Kerja.
Â
Dia pernah berselisih dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenai rencana proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt.
Â
Kemudian, dia juga pernah berselisih dengan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengenai kelangsungan Blok Masela.
Â
Terakhir, Rizal berani menghentikan proyek reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta, sehingga berselisih dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Saat menjadi Menteri, sikapnya sebagai tokoh pergerakan tak berubah. Seringkali dia melontarkan kritik terhadap kebijakan yang dilahirkan pemerintah, sehingga berujung konflik di tubuh Kabinet Kerja.