Cerita Duka Merry Utami Sebagai Terpidana Mati
- ANTARA FOTO/Idhad Zakaria.
VIVA.co.id – Narapidana Merry Utami – yang dikabarkan masuk dalam daftar eksekusi mati – sudah dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Setelah divonis hukuman mati karena menyelundupkan 1,1 kilogram heroin, Merry mulai dijauhi keluarganya.
Selama menjalani proses hukum dan divonis mati oleh Pengadilan Negeri Tangerang pada 2003. Hanya anak perempuan Merry yang memberi perhatian dan dia percaya kalau ibunya itu tidak bersalah karena dimanfaatkan dalam kasus penyelundupan narkoba.
Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Azriana, sempat berbincang dengan Merry belum lama ini. Dia terkejut karena Merry harus berjuang seorang diri dan hanya anaknya itu yang menjenguk selama dia berada di penjara.
"Dikucilkan keluarga. Hanya yang menengok anak perempuannya yang sudah nikah. Kata Merry, anaknya itu bilang, meski semua anggota keluarga mengucilakannya, namun ia (anaknya) percaya ibunya tak bersalah. Kata Merry, pernyataan itu saja sudah cukup membuatnya senang," kata Azriana di kantor Komnas Perempuan, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Juli 2016.
Tidak hanya dikucilkan keluarga, Merry Utami bahkan diakui oleh keluarganya sudah meninggal dunia. Merry dianggap sudah tidak saat anak perempuannya mau melangsungkan pernikahan. Merry mengetahui itu dari anak perempuannya. Dia tidak dapat menahan tangis.
"Saat anaknya menikah, Merry bilang, ia disebut sudah meninggal dunia kepada keluarga calon suami anaknya. Itu hal yang buat dia (Merry) itu menangis," kata Wakil ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Yuniyanti Chuzaifah.
Meski Merri dikucilkan oleh keluarganya, namun itu tidak membuat Merry kecil hati. Selama berada di Lapas Tangerang, Merry justru selalu mengajak temannya sesama narapidana untuk tetap semangat menjalani hidup. Bahkan, bila lolos dari hukuman mati, Merry punya mimpi bisa mempelopori kampanye antinarkoba.
"Pada saat ada acara Imlek dan semacamnya, ia (Merry) mengajak temannya (narapidana) lain bergembira melupakan masalah. Dia bilang pada temannya yang lain, saya (Merry) saja terpidana mati semangat, masa kalian tidak. Dia punya mimpi dan cita-cita, kalau dia bisa bebas, dia mau mempelopori kampanye anti narkoba," ujar Azriana menceritakan kembali saat pertemuan dengan Merry.
(ren)