Kisah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Kakek Si Pengayuh Becak

Ratemat Aboe, kakek berusia 77 tahun.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lucky Aditya.

VIVA.co.id - Ratemat Aboe, kakek berusia 77 tahun warga Jalan Tanjung Putrayudha 1, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, setiap harinya merupakan tukang becak keliling di Kota Malang. Namun, siapa sangka kakek Aboe mempunyai cita-cita mulia, mencerdaskan anak-anak di lingkungan sekitar agar menjadi anak yang pintar dan berprestasi di sekolah.

Nasdem Sebut Sikap PDIP soal PPN 12 Persen "Lempar Batu Sembunyi Tangan"

"Saya sudah mulai muda suka mengajar anak-anak gelandangan. Dan kebetulan di lingkungan ini banyak anak yang sekolah tapi mereka juga banyak yang jadi pengamen. Saya hanya ingin membantu mereka untuk belajar," ujar Aboe, Minggu, 24 Juli 2016.

Setiap hari Minggu, dibantu komunitas Dulur Never End, dia menyediakan sekolah gratis bernama Rumah Belajar Kakek Aboe. Di rumah sederhana ini, sekitar 30 anak-anak berusia dini, mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), melakukan kegiatan belajar mengajar.

Daftar Harga Pangan 23 Desember 2024: Beras hingga Cabai Naik

"Awal mula, berangkat dari ada anak yang disuruh pulang sama gurunya di sekolah karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Dari situ saya tergugah untuk membantu anak-anak belajar supaya kalau ada pekerjaan rumah tidak lupa mengerjakan," tutur Aboe.

Ada beberapa mata pelajaran yang diberikan di rumah belajar ini, mulai dari Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Kewarganegaraan, hingga Agama Islam.

Song Joong Ki Belajar Bahasa Spanyol agar Komunikasi dengan Anak-anaknya Lancar

"Saya bangga dulu hanya tiga siswa sekarang menjadi 30 siswa. Yang saya tekankan adalah memberi ilmu agama dan kewarganegaraan," ujar Aboe dengan mata berkaca-kaca.

Pria yang hanya mengenyam sekolah pamong, yaitu sekolah binaan pemerintah Belanda untuk menanggulangi desa-desa yang masyarakatnya masih buta huruf itu, mempunyai hobi membaca. Kendati penghasilan dari mengayuh becak hanya Rp30.000, namun ia menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli buku sebagai perpustakaan mini di rumahnya.

"Sebelumnya membeli buku dari upah narik becak. Tapi sekarang banyak yang membantu menyumbang buku. Tapi saya yang meminta buku apa yang harus dibaca oleh anak-anak di sini," kata Aboe.

Aboe bersama istri dan keempat anaknya pindah dari Surabaya ke Kota Malang sejak tahun 1993. Rumah Belajar Kakek Aboe baru ia dirikan di tahun 2013.

Arini, salah satu siswa Rumah Belajar Kakek Aboe, bercerita sejak kelas 3 SD dia sudah mengikuti bimbingan belajar di Rumah Belajar Kakek Aboe. Siswi yang kini duduk di bamgku kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Tanjungrejo 2 ini merasa terbantu dengan adanya bimbingan belajar yang digagas oleh Aboe.

"Kalau ada pekerjaan rumah, saya selalu dibantu mengerjakan. Saya senang sekali setelah belajar di sini nilainya jadi bagus dulu dapat nilai 8 sekarang dapat nilai 10," kata Arini.

Kini, Rumah Belajar Kakek Aboe menjadi tempat bimbingan belajar oleh anak pengamen, gelandangan, dan anak kurang mampu. Ada pula anak yang tidak bersekolah mengikuti bimbingan belajar, semuanya gratis tanpa dipingut biaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya