Panglima TNI Ungkap Cerita Operasi Senyap Tewaskan Santoso
- Puspen TNI
VIVA.co.id – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, tewasnya teroris Santoso merupakan buah keterpaduan kerja aparat TNI dan Kepolisian.
Dengan sandi 'Operasi Tinombala', tak kurang dari 3.000 personel memburu Santoso dan komplotannya di wilayah Sulawesi Selatan sejak tahun lalu.
"Ini (tewasnya Santoso) adalah keterpaduan kerja yang bertahap dengan kesabaran," ujar Gatot di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 19 Juli 2016.
Gatot bercerita, pada pelaksanaan terakhir operasi yang berhasil menewaskan Santoso dan seorang rekannya, Muchtar, sembilan personel mulai melakukan perjalanan ke pedalaman Poso sejak 5 Juli 2016.
Meski jarak yang ditempuh hanya 11 kilometer, tim memerlukan waktu berhari-hari. Mereka mengendap di antara rimbun hutan pada malam hari. "Harus senyap supaya tidak terlihat," ujar Gatot.
Setelah berhasil menewaskan, tim juga berhati-hati memanggul jenazah. Gatot mengatakan delapan orang memanggul dua jenazah. Sementara, satu orang bertugas mengawasi lingkungan. "Mereka menempuh situasi hujan di malam hari dan juga banjir," ujar Gatot.
Gatot memuji kegigihan semua personel yang terlibat. Ia kembali mengingatkan keberhasilan negara menewaskan teroris yang beraksi sejak tahun 2011 itu adalah berkat keterpaduan aparat.
Adapun, batalyon Raider 515 Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), beruntung menjadi bagian tim yang berada pada posisi terdepan menewaskan Santoso. "Saya bangga dengan tim yang pantang menyerah menghadapi situasi yang sulit," ujar Gatot.
Gatot juga menyampaikan apresiasinya kepada Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi selaku penanggungjawab Operasi Tinombala. Brigadir Jenderal TNI, Ilyas Alamsyah yang menjadi wakil Rudy juga ia beri apresiasi.
Gatot mengatakan, tewasnya Santoso adalah hadiah bagi Kepala Kepolisian RI yang baru, Jenderal Polisi Tito Karnavian. Namun, keberhasilan operasi Tinombala juga adalah kenang-kenangan dari mantan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. "Pada saat mereka (tim) berangkat, (Kapolri) masih Pak Badrodin," ujar Gatot.
(mus)