Misteri Dua Perempuan Saat Operasi Tembak Mati Santoso

Kelompok Santoso di Poso
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah, kerap mengguna wanita sebagai pembuka jalan dalam upaya pelarian mereka di Gunung Biru, Tamanjeka, Poso Pesisir Utara, Poso.

Anggota Gugur, Satgas Tak Kendur Buru Kelompok Santoso

Proses penyergapan Santoso yang akhirnya ditembak mati tim Alfa 29 yang terdiri dari prajurit Batalion Infanteri 515 Raider Kostrad juga dilakukan setelah mengintai dua orang perempuan di daerah yang telah diidentifikasi sebelumnya.  

Istri Santoso jadi DPO Polisi

Baku Tembak dengan Kelompok Santoso, Satu Prajurit Tewas

"Mengirimkan perempuan untuk memastikan jalan mereka aman. Setelah dianggap aman, mereka panggil kelompok ini (Santoso). Tapi pengintaian sudah dilakukan, setelah mengetahui ada yang membawa senjata, penyergapan dilakukan," kata Pangdam VII Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti.

Istri Santoso jadi DPO Polisi

Polisi Tandai Persembunyian Kelompok Santoso di Dekat Sungai

Dipastikan Agus, proses penyergapan terhadap Santoso bukan sebuah kebetulan. Operasi telah dilakukan sejak lama dan akhirnya dapat memastikan Santoso dan kelompoknya ada di satu tempat.

"Posisi Santoso dekat dan masuk sektor Raider," katanya.

 

Ilustrasi/Kelompok Santoso di hutan persembunyian mereka di Poso.

Sementara itu, perburuan terhadap tiga orang yang berhasil lari, yang terdiri dari satu laki-laki yang membawa senjata M-16 dan dua perempuan juga terus dilakukan. Mereka adalah istri kedua Santoso, Basri dan istrinya. Titik tertentu yang sudah diidentifikasi akan dituju untuk menangkap hidup atau mati ketiganya.

Bukan tugas mudah bagi Basri untuk menjaga kedua wanita itu dalam hutan belantara seorang diri, meski mengetahui medan Gunung Biru, tapi dengan dua orang wanita, pergerakan Basri pasti akan sangat terhambat.

Sebagai orang tertua dalam kelompok itu, Agus meminta Basri untuk menyerahka diri. Setelah Santoso tewas, kelompok Santoso hanya tersisi 19 orang.

"Kita kejar pada titik tertentu yang sudah diidentifikasi. Sebaiknya mereka segera menyerahkan diri agar tidak jatuh korban," katanya.

Seperti diketahui bahwa selama ini kelompok Santoso selalu berada di medan-medan yang sulit dilalui orang. Daerah yang lebat dan kondisi cuacanya tidak menentu merupakan kesulitan tersendiri bagi Satgas Tinombala.

"Jalan-jalannya banyak. Karena mereka menguasai medannya, mereka tahu betul jalan di sana. Inilah yang ingin kita putus melalui operasi teritorial. Bantuan, dukungan makanan, logistik, memberikan mereka (kelompok Santoso) semangat untuk berjuang. Ini menjadi sebuah kendala," katanya.

 

Sejumlah personel Inafis melakukan olah TKP tewasnya salah satu teroris anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso usai baku tembak dengan Densus 88 pada Jumat, (3/4/2015).

TNI: Pengikut Santoso Tinggal Tujuh Orang dengan Dua Senjata

Kelompok Mujahidin Indonesia Timur itu terus melemah.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2016