Dokter Tersangka Vaksin Palsu Dikenal Agamis
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar konferensi pers tentang temuan penggunaan vaksin palsu Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta, pada Sabtu, 16 Juli 2016. Dihadirkan pula sejumlah orang tua korban yang anaknya diduga divaksin dengan vaksin palsu.
Menurut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Maura Linda Sitanggang, menjelaskan bahwa ditemukan 44 anak dari ratusan balita yang mendapatkan vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta itu.
Puluhan anak itu divaksin oleh dr Indra Sugiarno. Dia telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus vaksin palsu itu.
Aryo, seorang di antara puluhan ayah korban, geram setelah mengetahui anaknya divaksin dengan vaksin palsu. Dia bahkan mengaku anaknya sering sakit setelah divaksin.
"Anak saya kemarin dua hari setelah vaksin, kakinya dan pahanya pegal. Kita gendong terus karena susah jalan. Besoknya malah panas demam, muntah-muntah, enggak bisa makan," kata Aryo dalam konferensi pers itu.
Aryo mengaku tak menyangka dan tidak berprasangka buruk terhadap dr Indra Sugiarno, yang telah memberikan vaksin palsu untuk anaknya. Dia mengaku telah lama mengenal dokter itu.
"Anak saya semua (divaksin) di sini. Saya selalu (memvaksin anak) sama Dokter Indra. Kami percayanya sama dia karena orangnya agamis sekali. Sebelum periksa anak, selalu berdoa bersama dulu. Sekarang malah saya dengar dia sudah jadi tersangka. Kaget saya," ujar Aryo.
Hilda, orang tua lain, mengakui hal serupa tentang profil Dokter Indra. Dia tak menyangka dokter itu memperkaya diri dengan cara haram, yakni memberikan vaksin palsu.
"Saya percaya, enggak percaya, soalnya semua selalu sama Dokter Indra. Anak saya patah tulang saja dia yang tangani. Vaksin juga dari dulu sama dia," katanya.
Hilda mengaku sempat curiga terhadap Dokter Indra. Sebab setelah memvaksin anaknya, seorang suster membawanya ke ruangan khusus untuk menawarkan harga yang murah untuk vaksin itu.
"Kan suntik (vaksin) dulu baru bayar. Jadi, enggak kepikiran itu palsu. Kalau bayar ke suster delapan puluh ribu rupiah, di kasir seratus dua puluh ribu rupiah. Katanya, vaksin itu punya Dokter Indra,” kata Hilda.