Mantan Teroris Dirikan Pesantren Deradikalisasi di Medan
- VIVA/Putra Nasution
VIVA.co.id – Mantan terpidana kasus terorisme Khairul Ghazali bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membangun sebuah pondok pesantren bernama pesantren Darusy Syifa di Dusun IV Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru, Deli Serdang.
Khairul yang pernah terlibat kasus perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, 2010 silam lalu itu membangun pesantren dengan tujuan sebagai pusat rehabilitasi, re-education dan deradikalisasi. Kemudian, memberikan pemahaman anti radikal yang bisa membahayakan negara dan masyarakatnya.
Mengapa Pesantren itu tampak begitu penting dan istimewa? Ternyata pesantren itu adalah lembaga pendidikan pertama dan satu-satunya di Indonesia sebagai pusat rehabilitasi, re-education dan deradikalisasi.
Khairul mengatakan pesantren ini sudah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara HT. Erry Nuradi bersama pemerintah pusat dan BNPT.
"Peresmian pesantren dilakukan oleh Gubsu pada 11 juni 2016, bertepatan 6 Ramadhan 1437 H," kata Khairul Ghazali kepada VIVA.co.id, Rabu, 13 Juli 2016.
Untuk menepis anggapan bahwa pesantren ini eksklusif dan identik dengan pesantren teroris, Khairul membuat komposisi santri-santri yang mondok di pesantren ini sebagian anak mantan terpidana kasus terorisme dan sebagian lain masyarakat umum.
"Kami ingin murid-murid bersosialisasi dan berbaur tanpa perbedaan, hal ini untuk menghilangkan stigma negatif anak teroris," ujar Khairul yang juga sebagai Ketua Yayasan Pesantren Darusy Syifa’.
Menurut Khairul, selama ini hanya dikenal pusat rehabilitasi narkoba dan ketergantungan obat. Berdirinya pesantren ini diharapkan bisa menjadi pusat rehabilitasi anti radikal, sekaligus membantu pemerintah untuk mencegah paham radikal. "Pesantren ini satu-satunya di Indonesia," tuturnya
Peletakan batu pertama Pesantren Darusy Syifa' secara simbolis dilakukan pada 16 januari 2016 oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) saat itu, Komisaris Jenderal Polisi Saud Usman Nasution.
Sebagai informasi, berdirinya pesantren ini karena beberapa tahun belakangan ini, Indonesia disibukkan dengan masalah terorisme. Masalah ini mengguncang stabilitas negara dan belum ada solusi yang efektif untuk mengatasinya.
Masalah baru muncul, ketika anak-anak teroris cenderung mengikuti jejak orang tuanya untuk menjadi teroris. Apalagi jika anak anak tersebut pernah mengalami trauma, menyaksikan langsung orang tuanya ditangkap atau ditembak di depan matanya.
"Sehingga timbul lah dendam dan ujung-ujungnya menjadi teroris. Di pesantren ini, kita akan memberikan pemahaman untuk tidak menjadi teroris," terang Khairul.
Lembaga pendidikan yang didirikan Khairul Ghazali ini memadukan konsep sekolah formal, pesantren dan sekolah alam, dengan memadukan konsep kewirausahaan, pertanian, peternakan dan deradikalisasi.
Pesantren ini berdiri di atas lahan seluas 31 hektar dan akan menampung anak-anak mantan narapidana teroris dari seluruh Indonesia dengan biaya pendidikan gratis. Pesantren ini juga memberi pendidikan gratis kepada masyarakat luas yang memiliki kecerdasan namun memiliki keterbatasan ekonomi.