Suku Tengger Tetap Gelar Ritual Kasada Meski Bromo Erupsi
VIVA.co.id – Masyarakat Tengger percaya erupsi panjang di Gunung Bromo tidak akan menunda pelaksanaan ritual Kasada yang bertepatan pada 21 Juli 2016. Pada puncak upacara adat Kasada nanti, masyarakat Tengger akan membawa sesaji untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo.
Hingga saat ini yang membuat warga Tengger khawatir justru dampak buruk pada tanaman mereka karena terkena abu vulkanik dari Gunung Bromo. Sejak erupsi tiga bulan lalu dan status Gunung Bromo naik menjadi Waspada, masih banyak warga dan pengunjung menapaki tangga menuju kaldera Bromo.
Kepala Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Mujianto, mengatakan, menurut sesepuh Suku Tengger di wilayah Ngadas, penduduk sering naik hingga sekitar kawah untuk mengamati perilaku letusan Bromo. Sejauh ini, kaldera Bromo tak terganggu dengan semburan abu Bromo.
“Masih banyak yang naik, tidak berbahaya,” kata Mujianto, Selasa 12 Juli 2016.
Menurut Mujianto, terdapat 1.490 jiwa penduduk Desa Ngadas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kentang. Setidaknya ada 240 hektare lahan kentang di Ngadas dengan produktivitas rata-rata 40 ton per hektare per tahunnya.
“Saat ini sekitar 50 hektare kentang sedang menunggu panen, yang lain belum lama ini panen dan akan ditanam kembali,” katanya.
Sementara dari pantauan pos pengamatan gunung api Bromo, hari ini, Selasa, 12 Juli 2016, mencatat semburan abu vulkanik Bromo berkisar antara 300 meter hingga 800 meter di atas kaldera Bromo dengan arah angin berhembus ke arah Barat Daya-Selatan. Siapa saja dilarang mendakati 1 kilometer dari puncak Gunung Bromo.
Akibat erupsi ini, Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, sempat ditutup. Tapi hari ini telah dibuka kembali sejak pukul 08.40 WIB, karena tidak terdampak abu vulkanik Gunung Bromo.