Gemerlap Tradisi Monuntul di Kotamobagu
- Agustinus Hari/ VIVA.co.id
VIVA.co.id – Di pengujung Ramadan, umat muslim Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, memiliki tradisi monuntul atau menerangi. Tradisi ini adalah memasang lampu botol berbahan bakar minyak tanah di depan rumah. Tradisi ini dilakukan saat Ramadan memasuki hari ke-27 hingga 29. Tradisi ini hanya dikenal di Bolaang Mongondow dan Gorontalo.
Tokoh agama Kota Kotamobagu, Mihrab Salilo, menjelaskan monuntul digelar masyarakat secara sukarela dengan menyalakan lampu dan menyediakan minyak tanah sendiri. Jumlah lampu di setiap rumah, disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.
“Jadi setiap anggota keluarga punya lampunya masing-masing. Lampu yang digunakan umumnya terbuat dari botol atau kaleng bekas yang bagian tutupnya dipasangi sumbu kompor,” ujar Mihrab, Minggu, 3 Juli 2016, di Kota Kotamobagu.
Jika zaman dulu lampu hanya ada di halaman rumah warga, saat ini, seiring banyak pihak menggelar lomba monuntul, maka tanah lapang yang luas, jembatan, sisi jalan raya, sampai persawahan menjadi lokasi gelaran tradisi ini. Agar menambah daya tarik, tata letak dan kreasi lampu botol dibuat berbagai macam formasi. Misalnya, membentuk gambar masjid, Alquran, atau kaligrafi.
“Tujuan monuntul agar memudahkan masyarakat untuk datang membayar atau membagikan zakat fitrah pada malam hari. Sebab, zaman dulu belum ada lampu-lampu jalanan sebagai penerangan,” katanya.
“Monuntul juga bermaksud sebagai penanda datangnya Idul Fitri. Oleh sebab itu, jiwa dan hati yang kembali bersih, harus bersih serta terang benderang seperti makna pemasangan lampu tersebut,” lanjutnya.
Pantauan malam ini, hampir seluruh wilayah Kotamobagu nampak terang benderang. Menambah semarak malam hari menjelang Lebaran.