Insiden Bom Turki Pengaruhi Pengamanan Lebaran
- REUTERS/Ismail Coskun/IHLAS News Agency
VIVA.co.id – Peristiwa serangan teroris yang terjadi di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, pada 28 Juni 2016 sedikit banyak berpengaruh terhadap sisi psikologis pengamanan mudik Lebaran di Indonesia tahun ini.
Staf Khusus Menteri Perhubungan bidang Keterbukaan Informasi Publik, Hadi Djuraid mengatakan, peristiwa bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan 44 orang itu membuat pemerintah juga melakukan peningkatan pengamanan di sejumlah titik strategis.
Titik lokasi strategis tersebut adalah bandara, pelabuhan, dan terminal. Sementara itu, titik-titik keramaian yaitu di sepanjang jalur mudik termasuk lokasi rest area.
"Bom di Istanbul dua hari yang lalu mengharuskan kami meningkatkan kewaspadaan. Di mana ada titik keramaian, di sana kami melakukan pengamanan ekstra," ujar Hadi dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat, 1 Juli 2016.
Sementara itu, Kepala Detasemen Pengawalan Patroli Jalan Raya (PJR) Korps Lalu Lintas Kepolisian, Komisaris Besar Polisi Raden Heru Prakoso mengatakan, selaku koordinator pengamanan musim mudik tahun 2016, Kepolisian menyiagakan setidaknya 159.000 aparatnya.
Sandi 'Ramadniya 2016' merupakan nama operasi yang diselenggarakan polisi selama musim mudik. Ada 93.000 personel Polri dan 67.000 personel gabungan yang terdiri atas aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) serta Dinas Perhubungan masing-masing daerah yang turut dalam operasi.
Mereka melakukan pengamanan di titik-titik strategis yang telah ditentukan.
"Polri sudah merancang operasi dari bulan Februari 2016. Kami mendasarkan operasi dari hasil analisis dan evaluasi dari Operasi Ketupat yang biasa dilakukan setiap tahun," ujar Heru.