Kiprah Gubernur Jateng Ditulis dalam Buku Kontroversi Ganjar

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat peluncuran buku Kontroversi Ganjar di Semarang pada Rabu, 29 Juni 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Sepak terjang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam perpolitikan Tanah Air ditulis dalam sebuah buku berjudul Kontroversi Ganjar. Buku itu ditulis tiga jurnalis Jawa Tengah, masing-masing Isdiyanto, Budiono Isman, dan Solikun. Sejumlah tokoh juga mengupas buku itu, masing-masing budayawan asal Semarang, Prie GS, pakar komunikasi Universitas Indonesia, Effendi Ghozali; dan editor buku, Amir Machmud NS.

Soal Keterlibatan ‘Partai Cokelat’ di Pilgub Jateng, Jokowi: Dibuktikan Saja

Isdianto, seorang penulis, menjelaskan buku setebal 325 halaman itu merekam sepak terjang Ganjar sejak kecil hingga menjadi Gubernur pada 2013. Menurutnya, salah satu yang menginspirasi judul karena sosok Ganjar dipandang unik dalam memimpin Jateng.

"Sikap tegas Ganjar yang tanpa kompromi dalam memimpin Jateng. Ketegasan itu rupanya melahirkan gegar budaya birokrasi. Melului buku ini, harapannya membentuk partisipasi aktif dan kritis masyarakat terhadap kepemimpinan Ganjar Pranowo,” kata Isdianto di sela peluncuran buku itu di Semarang, kemarin.

PDIP Kalah di Pilkada Jateng, Ganjar Bilang Begini

Beberapa ulasan menarik tersaji dari buku yang cukup serius dan menggelitik itu. Terbagi dalam empat bab. Bab pertama bertema, Jalan Berliku Menjadi Jateng Satu, yang berisi biografi singkat Ganjar dari masa kanak-kanaknya di Tawangmangu, Karanganyar; semasa menjadi aktivis mahasiswa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hingga menjadi anggota DPR.

Bab itu juga menuliskan intuisi Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri, yang berperan besar mengorbitkan sosok Ganjar hingga maju dan terpilih dalam Pilkada Jateng tahun 2013.

PDIP: Jateng Bukan Kandang Banteng, tapi Kandang ‘Partai Cokelat’

Pada bab kedua, tema The Rockin’ Governor menjadi perjalanan yang cukup menarik dibaca. Berawal ketika mandat rakyat Jateng telah tersemat di pundak Ganjar. Ganjar dituntut segera merealisasikan janji dan mimpi melalui slogan “Mboten korupsi, mboten ngapusi (tidak korupsi, tidak membohongi)”.

Proses mewujudkan janji itu menghadirkan sejumlah kontroversi yang dibahas tersendiri di bab tiga. Dalam bab Kontroversi, penulis membeberkan konflik Ganjar dengan sejumlah pihak. Dari mulai legislatif, buruh, pengusaha, petani, nelayan, birokrasi hingga wartawan. Dibahas juga temuan pungli saat inspeksi ke Jembatan Timbang Batang yang menghebohkan.

Pada bab terakhir, Nasihat kepada Ganjar, berisi tulisan sejumlah tokoh. Di antaranya, dua petinggi PDIP, Idham Samawi dan Bambang Wuryanto, mantan Gubernur Jateng, Ali Mufiz; Ketua MUI Jateng, Ahmad Darodji, dan lain-lain.  

Ganjar berharap melalui buku itu akan mampu menjadi media dialektika dengan masyarakat untuk terus berpartisipasi membangun Jateng. Ia pun menyadari bahwa gebrakan membangun Jateng selama ini menuai pendapat pro dan kontra.

"Maka senang dan tidak senang, saya kira proses saja. Pesan saya saat ditulis cuma satu, jangan diedit. Biarkan saja apa adanya. Karena ini sungguh-sungguh perjalanan saya. Tentunya ada sisi buruk disukai dan tidak," kata politikus PDIP itu.

Ganjar bahkan menilai buku Kontroversi Ganjar barulah awal dan akan dilanjutkan buku berikutnya dengan berbagai tema, seperti reformasi birokrasi, persoalan kemiskinan, dan politik anggaran.

Effendi Ghozali, yang didapuk mengupas buku itu, cukup memberikan apresiasi. Pakar komunikasi pada Universitas Indonesia itu menyebut buku Kontroversi Ganjar tidak hanya menuliskan kontroversi, tapi sebuah dinamika yang menarik dibaca.

“Buku ini tidak semuanya berbau serius, tapi juga banyak yang lucu dan menyegarkan,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya