Tanggap Darurat Bencana di Purworejo 30 Hari
- Dwi Royanto
VIVA.co.id – Bencana longsor dan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit. Terjadi sejak Sabtu kemarin, hingga Senin, 20 Juni 2016, korban jiwa sudah mencapai 47 orang, sementara korban hilang mencapai 15 orang.
Selain korban jiwa, kerusakan infrastruktur, baik rumah maupun jalan dan jembatan juga terjadi. Kabupaten yang paling parah terdampak adalah Purworejo. Kondisi terkini di lapangan mendorong Bupati Purworejo Agus Bastian menetapkan masa tanggap darurat 30 hari. Tanggap darurat berlaku sejak 19 Juni hingga 18 Juli 2016.
Sebanyak 19 rumah rusak berat dan 41 rumah tertimbun dan tiga jembatan rusak. Ketiga jembatan yang rusak berada di Kecamatan Loning, Mranti dan Caok. BPBD masih terus melakukan pendataan di lapangan. Menurut pantauan tim BNPB di lapangan, kendala yang sangat signifikan dalam proses evakuasi di wilayah yang tertimbun longsor, terutama di Desa Donorati.
Terkait dengan mereka yang masih hilang, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei meminta dukungan Polri untuk menerjunkan anjing pelacak. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Longsor telah dibentuk. Willem memberikan tiga arahan prioritas, yaitu memprioritaskan pencarian korban hilang, menangani masyarakat yang terdampak, dan melakukan upaya mitigasi structural dan non struktural.
“Bentuk mitigasi yang akan dilakukan adalah merestorasi sungai, pemerintah setempat akan bekerjasama dengan Kementerian PU untuk membantu mempercepat pemulihan pascabencana,” ujar Willem.
Terkendala Alat Berat
Tim SAR gabungan terus melakukan upaya pencarian terhadap korban longsor di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dalam pencarian hari ini, tim SAR mengalami hambatan karena kurangnya alat berat di lokasi. Pada pencarian hari keempat, Selasa, 21 Juni 2016 besok, tim akan melakukan pencarian terhadap 13 korban yang belum ditemukan, dengan rincian tujuh korban di Desa Coak dan enam korban di Donorati.
"Hambatan yang kami alami dalam proses pencarian hari ini adalah kurangnya alat berat untuk penggalian. Karena dengan manual pasti akan berjalan lama, " kata Kepala Basaras kantor SAR Semarang, Agus Haryono.
Selain kurangnya alat berat, personel SAR juga kekurangan alat penyemprot air. Sementara jumlah personel dari tim gabungan yang melakukan evakuasi berjumlah cukup banyak.
“Gambarannya, alat berat dari pagi tadi hingga siang menjelang sore baru ada satu unit. Dan baru ada penambahan dua unit saat sore. Semoga dengan tambahan dua unit alat berat sore tadi pencarian besok kami bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” ujar Agus.
Dampak Banjir dan Longsor di Kebumen
Banjir dan longsor juga berdampak pada korban meninggal dan hilang di Kabupaten Kebumen. Data BPBD Kebumen menyebutkan bahwa dua orang meninggal dan enam orang hilang. Di samping itu, puluhan rumah rusak dan ratusan lain terendam banjir, sedangkan empat jembatan rusak di lokasi yang berbeda.
Pemerintah Kabupaten Kebumen menetapkan masa tanggap darurat 15 hari, terhitung pada 19 Juni hingga 3 Juli 2016. Selama masa tanggap darurat, Komandan Kodim 0709 ditunjuk oleh Bupati Kebumen sebagai Komandan Tanggap Darurat.
Banjir dan longsor di Kebumen dipicu oleh hujan yang terjadi di sebagian besar wilayah ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk periode 20 – 22 Juni 2016. Peringatan BMKG menyebutkan bahwa beberapa wilayah berpotensi hujan lebat disertai kilat dan angin kencang atau puting beliung. Wilayah yang berpotensi antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Bekasi, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.
Menyikapi insiden yang melanda Jawa Tengah dan peringatan dini cuaca, Kepala BNPB menghimbau masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan mengantisipasi potensi banjir dan longsor karena potensi curah hujan yang tinggi.