Heboh 'Desa Prostitusi' di Lombok, Jangan Terprovokasi
- VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id –Hasil kajian mengejutkan lembaga End Child Prostitution, Pornography and Traficking for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia yang menyebutkan adanya sebuah Desa di Lombok Nusa Tenggara Barat yang memiliki budaya prostitusi, dibantah oleh Irdam Kodam IX Udayana, yang pernah menjabat Komandan Korem 162 Wirabhakti, Kolonel CZi Lalu Rudi Ilham Srigede.
Ketika dihubungi VIVA.co.id, pada Sabtu 18 Juni 2016, pria yang kini menjabat Irdam orang ketiga di Kodam IX Udayana ini menegaskan bahwa dirinya tidak yakin tentang validasi dari hasil kajian lembaga peneliti tersebut. Ia justru menilai bahwa isu tentang budaya prostitusi di sebuah Desa di Lombok itu merupakan bagian dari persaingan bidang kepariwisataan. Di mana diutarakannya, bahwa saat ini NTB merupakan salah satu destinasi wisata dengan predikat wisata halal dunia.
"Saya membaca di media hasil kajian dari lembaga ECPAT. Saya sangat terkejut dan sangat prihatin namun pengalaman selama saya bertugas di NTB sebagai Danrem 162 saat itu belum pernah mendengar dan dapat laporan tentang desa itu," ucapnya.
"Perlu kita kaji juga apakah ada unsur dari akibat persaingan tersebut sehingga memberikan tanggapan negatif bagi NTB. padahal NTB sangat dikenal dengan ikonnya sebagai daerah seribu masjid, hingga mendapatkan penghargaan sebagai destinasi wisata halal dunia. Masyarakat agama muslimnya yang kuat namun sangat bertoleransi dengan agama yang lain sehingga bisa hidup rukun dan damai," katanya.
Ia mengatakan adanya berita ini sangat merusak citra NTB dan ia juga berharap agar pemerintah segera mengambil langkah untuk mengecek kebenaran hasil kajian lembaga peneliti tersebut. "Saya juga mengimbau kepada masyarakat khususnya NTB jangan terprovokasi dan kita lakukan instrospeksi diri dalam menjalankan kehidupan bersosialisasi. Pegang teguh etika, moral sesuai ajaran agama kita sehingga kita bisa menunjukan NTB selaras dengan ikonnya sebagai daerah seribu masjid," tegas Srigede.
Diberitakan sebelumnya, seorang peneliti dari ECPAT, Samsul Maarif, membeberkan adanya praktik prostitusi di salah satu desa yang ada di Lombok, NTB. Desa yang dirahasiakan namanya itu, menurut Samsul, kerap menjual anggota keluarganya untuk dijadikan budak seksual.
Tradisi itu bahkan telah berlangsung puluhan tahun. "Salah satu informan kami namanya Siti (nama samaran), ia baru berusia 15 tahun dan dijual oleh bibinya sendiri untuk dijadikan sebagai pelacur. Dan memang bibi serta keluarganya sudah turun temurun melakukan hal itu," kata Samsul kepada VIVA.co.id, Rabu, 15 Juni 2016.