Filosofi Agung Ritual Penyucian Pusaka Keraton Solo
- VIVA.co.id/Fajar Sodiq
VIVA.co.id - Pura Mangkunagaran istana tempat kediaman para Pangeran Adipati Arya Mangkunegara dan keluarganya di Solo, Jawa Tengah, melakukan ritual khusus saat Ramadan. Keraton Surakarta itu membersihkan sekaligus menyucikan gamelan pusaka sejak hari pertama hingga hari ke-20 Ramadan.
Ada sebelas perangkat gamelan yang diyakini bertuah yang disucikan. Masing-masing gamelan memiliki nama, di antaranya, Kiai Kanyut Mesem, Kiai Nogo Limo, Kiai Pamedarish, Kiai Segoro Windu, Kiai Precet, Kiai Udan Asih, Kiai Lipur Sari, Kiai Merdu Sari Basworo, dan lain-lain.
Ada satu pusaka gamelan yang diyakini paling tua, yakni Kiai Kanyut Mesem. Gamelan itu berasal dari Kerajaan Demak dan diperkirakan telah berusia 300 tahun. Gamelan itu masih dibuat manual dengan tangan dan belum dengan alat cetak.
Ritual penyucian dimulai dengan wilujengan yang dilakukan para abdi dalem Pura Mangkunegaran. Beberapa sesaji seperti nasi gudangan, telur botok, ikan asin, dan buah-buahan dihadirkan dalam ritual itu.
Saat wilujengan itu para abdi dalem juga memanjatkan doa keselamatan. Begitu wilujengan rampung, abdi dalem langsung menaburkan bunga mawar ke dalam sejumlah wadah berisi air.
Lalu, satu per satu peranti gamelan pusaka dicelupkan ke dalam air itu. Sesekali para abdi dalem menggunakan busa untuk membersihkan gamelan pusaka itu.
Abdi Dalem Pariwisata dan Juru Pelihara Pura Mangkunegaran, Joko Pramudyo, menjelaskan bahwa ritual jamasan memang rutin dilakukan saat Ramadan. Jamasan bukan sekadar upacara bersih-bersih tetapi memiliki filosofi agung serupa pembersihan diri manusia selama bulan puasa.
Umat Islam wajib beribadah puasa yang sesungguhnya bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menyucikan diri dari perbuatan dosa. Begitu jamasan. Gamelan-gamelan pusaka dibersihkan atau disucikan yang sekaligus memeriksa kondisinya masih baik, kotor, atau rusak. Soalnya barang-barang itu sudah berusia ratusan tahun sehingga memerlukan perawatan spesial.
"Jadi acara seperti ini bisa untuk mengecek mana gamelan yang perlu dibersihkan atau pun perlu mendapat perbaikan," kata Joko pada Senin, 13 Juni 2016.
Setelah prosesi jamasan, gamelan-gamelan itu bakal ditabuh saat Lailatulkadar atau malam turunnya wahyu Allah (yakni pada malam gasal bulan Puasa sesudah tanggal 20). “Jika dihitung, gamelan akan dibunyikan pada 27 Juni," ujar Joko.