3 Jurnalis yang Disandera Warga Papua Dievakuasi dengan Heli

Aksi Protes Jurnalis Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Tiga jurnalis yang meliput pemungutan suara ulang Pilkada Mamberamo Raya, Papua, diintimidasi dan bahkan disandera oleh warga pada Kamis lalu. Mereka sempat tak diketahui keberadaannya beberapa hari.

Survei Sebut Tingkat Popularitas Terry Levin Tertinggi di Pilkada Mamberamo Raya

Ketiga jurnalis itu ditemukan dan telah dievakuasi dari lokasi berbeda, yakni sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di tiga kampung, pada Sabtu, 11 Juni 2016. Mereka dalam kondisi sehat walafiat dan dievakuasi dengan helikopter menuju Kasonaweja, ibu kota Mamberamo Raya.

Ketiga wartawan yang berhasil dievakuasi adalah Andika Wamafma (jurnalis TVRI) dari Kampung Wakeyadi, Tumbur Parlindungan Gultom (jurnalis Harian Papua Pos) dari Kampung Fona 2, dan Rivando Nay (jurnalis RCTI) dari Kampung Fona 1.

Pelanggaran HAM di Papua, Sebuah Luka yang Menuntut Keadilan

Para pekerja pers itu memang tidak terluka sedikit pun tetapi trauma karena penyanderaan itu, bahkan diintimidasi gara-gara meliput langsung proses pemungutan suara ulang Pilkada Mamberamo Raya. Andika Wamafma, misalnya, yang meliput di Kampung Wakeyadi, diancam dengan parang dan jubi saat meliput pemungutan suara.

"Saat itu persiapan pencoblosan, tiba-tiba tim sukses dari pasangan calon nomor tiga mendatangi saya dengan sejumlah warga, sambil mengancam dengan parang dan panah, wartawan tidak boleh ambil gambar," ujar Andika menceritakan peristiwa itu.

Logistik Terlambat Berimbas 20 TPS di Mamberamo Raya Tidak Mencoblos, Bawaslu Usul Ada Susulan

Warga, kata Andika, juga merampas kamera dan kartu identitas persnya sampai proses pemungutan suara selesai. Itu pun setelah aparat Kepolisian mengambilnya dari warga.

Meski proses perhitungan sudah selesai, warga dan tim sukses salah satu pasangan calon tetap mengancam dengan panah dan parang. "Mereka tetap kelilingi saya sambil acung-acungkan parang dan panah," katanya.

Tumbur Parlindungan Gultom, yang meliput di Kampung Fona 2, mengaku diancam dengan parang dan panah saat pencoblosan dimulai. Dia sempat memotret proses pemungutan suara tetapi tiba-tiba seorang tim sukses pasangan calon nomor tiga datang bersama warga lain dengan membawa parang. "Mereka lantas melarang ambil foto dan menggiring saya ke pondokan. Di sana saya disandera," ujarnya. 

Penyanderaan baru berakhir setelah penghitungan suara. “Saya kemudian ditampung warga hingga kemudian dievakuasi hari ini (Sabtu, 11 Juni 2016),” katanya.

Rivando Nay, yang meliput di Kampung Fona 1, mengalami hal serupa dua rekannya. Kameranya dirampas seorang tim sukses pasangan calon nomor tiga saat pemungutan suara sedang berlangsung.

"Wartawan tidak boleh ambil gambar, ini kami punya kampung," ujar Rivando menirukan ucapan para pelaku intimidasi.

Mereka baru berhasil dievakuasi dengan helikopter pada Sabtu karena lokasi mereka berjauhan. Ketiganya telah kembali bergabung dengan empat rekannya di Kasonaweja untuk kemudian bertolak ke Jayapura.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya