SBY: Cukup di Masa Lalu, TNI-Polri Berpolitik
- Istimewa
VIVA.co.id – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan, agar pimpinan TNI dan Polri menjaga semangat reformasi dengan tidak tergoda masuk ke wilayah politik praktis, atau politik kekuasaan.
Untuk itu, dia berharap, siapa pun yang memegang kekuasaan, agar berhati-hati dalam mengerahkan, menugaskan TNI dan Polri.
"Pelibatan, campur tangan, dan ikut bermainnya TNI dan Polri dalam dunia politik kekuasaan harusnya sudah menjadi milik masa lalu, sudah masuk museum," kata SBY di kediamannya, Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat 10 Juli 2016.
Sebab, kata SBY, akhir-akhir ini banyak aktivitas TNI yang dinilai keluar dari fungsi dan tugas pokoknya. Yakni, tak hanya mengemban tugas-tugas operasi militer untuk perang, tetapi TNI juga menjalankan tugas-tugas operasi militer selain perang. Bahkan, operasi militer selain perang pun ada aturan dan batasannya.
"Yang berbahaya adalah, karena terlalu sering dan terlau banyak unsur TNI menjalankan tugas yang di luar tugas pokoknya, profesionalitas, kemampuan, dan kesiagaannya untuk bertempur dan berperang bisa menurun," ujar mantan Presiden RI ke-6 tersebut.
SBY juga mengungkapkan, sejarah telah mencatat kekeliruan yang terjadi di masa lalu. Karena itu, sejak 1998 silam, TNI dan Polri melaksanakan reformasi dan transformasi menuju ke peran dan fungsinya sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan negara, sebagaimana yang diamanahkan oleh konstitusi kita.
"Saya, yang secara pribadi ikut menyusun cetak biru dan agenda reformasi TNI dan Polri. Kemudian, menjalankan dan mengawalnya hingga selesai mengemban tugas sebagai Presiden 1,5 tahun yang lalu. Makanya, saya ingin memberi semangat dan meneguhkan keluarga besar TNI dan Polri untuk berpegang teguh pada jiwa dan semangat reformasi," tegas mantan Presiden Indonesia yang pernah menjabat dua periode itu. (asp)