Curahan Hati SBY, Iri dengan Jokowi Gara-gara Ini
- ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id – Mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono mengaku kaget dengan sikap dunia pers dan media masa Indonesia pada era Presiden Joko Widodo. Alasan kekagetannya itu tak lain, karena sikap dunia pers dan media yang dinilai lebih lembut, ketimbang pada saat ia menjabat sebagai Presiden.
"Saya sebagai seorang pencinta demokrasi, tercengang melihat perubahan sangat dramatis dalam dunia pers dan media masa kita. Dulu, boleh dikata tiada hari tanpa kritik dan serangan pers, baik kepada pemerintah maupun saya pribadi," kata SBY di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat 10 Juli 2016.
SBY berujar, saat kepemimpinannya, dia sering dihujani dikritik dan diserang secara berlebihan, disertai dengan sinisme yang tinggi. Tapi kini, dia justru berterima kasih, karena akhirnya kekuasaan yang dia miliki benar-benar dikontrol secara ketat.
"Jika, saya bisa bertahan selama 10 tahun, di tengah gencarnya serangan pers, pengamat, parlemen. dan lawan-lawan politik, itu antara lain juga disumbang oleh peran pers yang kritis," kata SBY.
Ia juga mengatakan, publik juga pasti rindu dengan pers yang peduli, kritis, adil dan berimbang, serta bertanggung jawab. Meski tidak harus sekeras dan seganas dulu, ketika mengkritisi pemerintahnya, saat masih sebagai Presiden.
"Hal begitu sebenarnya tidak baik, tetapi absen dan nyaris diamnya pers, justru membahayakan kita semua. Satu hal, orang bijak mengatakan, ‘janganlah kita selalu membenarkan yang kuat, tetapi perkuatlah kebenaran’," ujar SBY.
Untuk itu, dia berharap, agar pers juga harus membuka diri secara adil dan tidak berpihak, serta berimbang memberitakan dalam meliput suara, atau pun pandangan publik. Sebab, jika hal itu tidak dilaksanakan, gugurlah jati diri dan fungsi pers sebagai penjaga nilai-nilai demokrasi, serta sebagai penegak kebenaran dan keadilan.
"Kita semua tahu pers adalah salah satu pilar demokrasi. Kita juga tahu, pers memiliki peran penting dalam melakukan kontrol terhadap kekuasaan," tegas SBY. (asp)