Melongok Reptil Purba Setengah Manusia di Flores
- VIVA.co.id/Harry Siswoyo
VIVA.co.id – Konon orang-orang di Pulau Komodo Flores satu rahim dengan Orasebae atau reptil purba komodo. Sebab itu, sejak beratus tahun lalu manusia dan komodo hidup berdampingan di gugusan pulau di Nusa Tenggara Timur.
"Kami orang-orang di Pulau Komodo bisa dikatakan setengah komodo. Kami lahir di perut yang sama," ujar Hatmin (48), warga Desa Komodo, Senin, 23 Mei 2016.
Sebab itu, khusus warga asli Pulau Komodo, mereka memanggil reptil purba komodo dengan sebutan Orasebae. Ora diartikan binatang dan Sebae artinya sebelah. Atas dasar itulah, kearifan luhur hidup berdampingan dan saling menghormati pun terjadi antara manusia dan komodo layaknya saudara.
Masing-masing, baik itu komodo maupun manusia, tidak saling memburu dan membunuh. "Kami tidak boleh membunuh saudara sendiri. Bahkan kami harus melindungi dan menjaga Orasebae, biar tetap hidup dan ada," kata Hatmin.
FOTO: Balai-balai tempat istirahat pengunjung di Pulau Komodo.
Pulau-pulau purba
Pulau Komodo terletak sejauh 18 mil laut dari Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Perjalanan ke pulau ini membutuhkan waktu tiga jam dengan kapal nelayan atau sekira satu jam dengan speedboat.
Tahun 1980-an, Pulau Komodo sudah dinobatkan menjadi bagian kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau ini satu rangkaian kawasan dengan empat pulau lain yakni Pulau Rinca, Padar, Gili Motang dan Nusa Kode.
Eksotisnya pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Komodo sudah diakui dunia. Rangkaian pulau purba ini bahkan telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia sejak tahun 1991.
FOTO: Salah satu gugusan pulau yang terbentang di perairan laut kawasan Taman Nasional Komodo
Untuk pelancong, berkeliling ke Taman nasional Komodo bisa dipastikan akan meninggalkan kesan mendalam. Surga tersembunyi yang kini tetap terjaga keasriannya tersebut, benar-benar membuat terpesona.
Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan laut menuju ke pulau ini, kita akan disuguhi pemandangan menakjubkan. Gugusan pulau dengan savana hijau pun akan menjadi teman setia sepanjang perjalanan.
"Ini pulau-pulau purba. Ribuan tahun mungkin sudah muncul di sini. Ya inilah surga kami," kata seorang nakhoda kapal yang membawa VIVA.co.id ke pulau ini pekan lalu.
Naga Tua
Sesuai namanya, melancong ke Pulau Komodo tanpa melihat komodo rasanya tidak mungkin. Sebab, reptil purba yang konon katanya bersaudara dengan legenda naga ini adalah hal yang wajib disaksikan.
Binatang komodo atau Orasebae dalam dialek lokal, tersebar di empat pulau di kawasan Taman Nasional Komodo. Yakni, Pulau Komodo, Rinca, Kode dan Gili Motang. Total populasi berdasarkan survei tahun 2014, mencapai 5.000 ekor.
"Khusus di Pulau Komodo, populasinya terbesar. Tercatat ada 2.919 ekor dan berkeliaran bebas di hutan, pantai, dan perbukitan," kata Basra (41), petugas pendamping tamu di Pulau Komodo.
Menurut Basra, reptil purba ini umumnya beraktivitas pada pagi dan sore hari. Pagi dimulai dari pukul 05.00 hingga 10.00 dan petang pada pukul 15.00 hingga 18.00. "Komodo dari jam 10.00 sampai pukul 14.00 umumnya istirahat. Jadi mereka bersembunyi di bukit atau di bawah pohon," kata Basra.
Sebab itu, disarankan bagi para pengunjung yang hendak menyaksikan komodo, sebaiknya berangkat sejak pagi hari dari Labuan Bajo. Sehingga bisa beruntung menyaksikan aktivitas mencari makan komodo.
Menurut Basra, sudah menjadi keharusan bagi para pengunjung untuk didampingi petugas atau ranger selama berkeliling di kawasan Taman Nasional Komodo. Sebab binatang pemakan daging ini sangat berbahaya dan bukan tidak mungkin menyerang manusia.
FOTO: Pengunjung Pulau Komodo berpose dengan Komodo yang sedang beristirahat.
"Jarak aman mendekat itu maksimal empat meter. Kita juga disarankan untuk tidak membuat banyak pergerakan. Sebab komodo sensitif, ia bisa mengejar," kata Basra.
Kemampun lari seekor komodo cukup menakjubkan. Dengan berat badan ratusan kilogram jangan kira binatang melata ini tak mampu berlari. Kata Basra, kecepatan seekor komodo bahkan bisa mencapai 18 kilometer atau 20 kilometer per jam saat mengejar mangsanya.
Dan tentunya yang paling berbahaya adalah ekornya. Dengan total panjang tubuh hingga 3,15 meter, ekor komodo menjadi senjata paling mematikan. "Karena itu petugas bawa kayu bercangka, biar bisa menjepit kepala komodo kalau ia bereaksi hendak menyerang. Komodo tidak bisa berbelok baik," kata Basra.
Masih penasaran bagaimana detailnya komodo? Mungkin ada baiknya mulai dari sekarang merencanakan melancong ke pulau ini. Yang jelas, komodo dan segala eksotiknya memang menakjubkan bagi siapa pun. Dunia saja sudah mengakui, lantas bagaimana dengan kita? Mari berwisata ke pulau ini. (ase)