Sukmawati Cerita Detik-detik Soeharto 'Kudeta' Bung Karno
- VIVA.co.id / Dody Handoko
VIVA.co.id - Puteri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri, mengungkap detik-detik kudeta Jenderal Soeharto terhadap kekuasaan ayahnya tersebut. Sukmawati mendasarkan pernyataan itu pada apa yang dia saksikan dan catat pada tahun 1965 silam.
"Tahun 65, catatan pembicaraan ring 1 Presiden Soekarno ketika terjadi suatu penculikan dan pembunuhan para pahlawan revolusi tersebut, kemudian kita, ring 1, orang-orang terdekat Presiden Soekarno pada waktu itu dan beberapa panglima yang masih ada, ini adalah konflik internal angkatan darat," kata Sukmawati dalam acara Indonesia Lawyers Club, di tvOne, Selasa, 24 Mei 2016.
Sukmawati mengakui kesimpulan ring 1 Istana itu tak populer di telinga orang pada zaman sekarang. Karena, banyak orang yang mengikuti alur logika yang dibangun oleh rezim Orde Baru.
"Ini kata-kata di generasi muda gak pernah denger, tapi saya dulu pernah mencatat itu," ujarnya.
Sukmawati melanjutkan, ketika Kabinet Dwikora didemisionerkan oleh Letkol Untung melalui RRI pada 1 Oktober 1965, ring 1 mengatakan bahwa aksi itu adalah kudeta. Alasannya, tidak ada seorang pun yang berhak mendemisionerkan kabinet ketika itu selain Presiden Soekarno.
"Padahal yang berhak, wewenang adalah Presiden mendemisionerkan kabinet. Itu awal dari kudeta," imbuh Sukmawati.
Sukmawati lantas memberikan sedikit koreksi atas pernyataannya di atas. Menurutnya, awal kudeta adalah pembunuhan dari para Pahlawan Revolusi.
"Itu tahap pertama. Tahap kedua adalah pernyataan di RRI. Oleh Cornel Paper dinyatakan kudeta merangkak," kata adik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu.
Sukmawati mengemukakan bahwa aksi kudeta Soeharto sangat berlainan dengan kudeta-kudeta yang terjadi di dunia. Ia pun mengakui kecerdikan dari jenderal besar yang kemudian berkuasa selama 32 di Indonesia tersebut.
"Soeharto sangat pandai bermain di belakang layar. Kemudian yang diutamakan pertama adalah Pahlawan Revolusi, para jenderal yang sedang mengabdi untuk suatu perjuangan konfrontasi dengan Malaysia," kata dia.
Aksi kemudian berlanjut pada suatu pemaksaan. Ada beberapa jenderal yang mendatangi Presiden Soekarno di Bogor dengan suatu tekanan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto. Publik kemudian mengenalnya dengan Surat Perintah 11 Maret atau rezim Orde Baru menyebut dengan Supersemar.
"Tekanan itupun juga ada moncong armada ketujuh di Singapura siap sedia. Bahwa Bung Karno harus memang lengser dan itu direstui oleh Amerika yang piawai, pakar di dalam kudeta-kudeta negara berkembang adalah CIA," kata Sukmawati.
"Pasti banyak orang-orang CIA di RI, sekarang ini. Mereka pasti melihat, menguping silakan saja. Saya sebagai putri Presiden pertama tidak gentar, saya hadapi mereka atas kenyataan, kesalahan yang mereka perbuat," tambah dia.
(ren)