Kivlan Zen Ajak Goenawan Mohamad Diskusi Peristiwa 1965
- VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id – Sebuah surat terbuka untuk majalah Tempo dan salah satu pendiri majalah itu, Goenawan Mohamad tersebar via Facebook. Surat ini mengatasnamakan Mayjen (Purn) Kivlan Zen, dan mengajak kedua pihak itu berdiskusi secara terbuka mengenai isu peristiwa 1965.
Saat dikonfirmasi VIVA.co.id, Kivlan mengakui telah membuat surat itu dan menyebarkannya via akun Facebook miliknya.
"Benar saya yang buat, akun saya itu," kata Kivlan melalui pesan pendek, Sabtu, 21 Mei 2016.
Kivlan mengaku sengaja menyebarkan surat itu lewat media sosial, karena sebelumnya Goenawan juga mengkritiknya lewat akun Twitter.
"Karena ia menyerang saya lewat Twitter-nya, kan terbuka? Apa saya salah," tuturnya.
Sebelumnya, Goenawan dalam akun @gm_gm menuliskan, "Nasihat untuk Kivlan Zen: berhentilah memakai pikiran yang sudah berkarat untuk melawan ideologi yang sudah berkarat."
Nasihat utk Kivlan Zen: berhentilah memakai pikiran yg sudah berkarat utk melawan ideologi yg sudah berkarat. https://t.co/xBiGQ9VltZ
— goenawan mohamad (@gm_gm) May 18, 2016
Cuitan Goenawan ini ditujukan untuk mengkritik pernyataan Kivlan saat menjadi narasumber di Indonesia Lawyers Club tvOne, dengan tema “Benarkah PKI Bangkit Lagi?” Saat itu, Kivlan menyebut bahwa politisi PDI Perjuangan, Budiman Soedjatmiko berupaya membangkitkan komunisme.
Berikut isi surat terbuka Kivlan Zen yang diungguh di akun pribadinya:
Kepada
Gunawan Muhammad
(Yang telah menuliskan Nasehat untuk saya)
Seharusnya anda jangan menyebutkan bahwa fikiran Kivlan Zen sudah berkarat. Itu artinya bahwa anda telah menyerang pribadi saya dan bisa saja dituntut secara hukum. Kalau anda tidak setuju dan tidak senang dengan cara saya berfikir dan bertindak khususnya dalam menghadapi bangkitnya Komunisme di Indonesia, terutama tulisan pada majalah tempo yang terus berusaha menghidupkan kembali komunis dan juga partainya di Indonesia yang SEOLAH-OLAH tidak bersalah dalam kudeta G30S PKI pada tahun 1965 serta menyatakan bahwa tragedi itu dilakukan oleh Jenderal Soeharto dan TNI AD khususnya.
Kalau anda tidak setuju dengan fikiran dan tindakan saya, maka berikanlah kesempatan pada saya agar bisa BERPOLEMIK DENGAN ANDA DAN REKAN-REKAN DARI TEMPO.
Mari kita berdiskusi dan berdebat terbuka baik anda maupun seluruh awak media dan penulis yang ada di TEMPO.
Atau berikan kesempatan kepada saya agar fikiran ini bisa saya tuangkan di majalah TEMPO. Karena ada seorang wartawati TEMPO yang bernama NOVI mau mewawancarai saya tentang Komunis, namun saat itu saya sedang berada di Filiphina, akan tetapi sangat di sayangkan ketika saya kembali ke tanah air, saya kontak kembali berkali-kali saudari novi namun tidak ada respon.
Sekali lagi bung Gunawan Muhammad saya sampaikan ; "Mari Kita Berpolemik Secara Intelektual".
Kalaulah fikiran saya Berkarat, tentu masih bisa dibuat mengkilap dengan cara dibraso, namun orang-orang Komunis fikirannya itu seperti batu, tak bisa jika hanya dibraso, tapi masih tetap bisa dirubah dengan cara diasah, dipahat, dan digerinda setelah itu baru terbentuklah wujud yang baru. Mudah-mudahan anda tidak termasuk orang yang fikirannya seperti Batu.
Saya sangat menunggu dan menanti Undangan untuk mewawancarai saya dan tentunya juga BERPOLEMIK dan BERDEBAT dengan ANDA serta AWAK MEDIA TEMPO secara Terbuka dan Live di semua Stasion TV dan Radio.
Karena anda yang memulai menyerang saya secara pribadi maka anda pulalah yang mengakhiri dengan cara debat terbuka.
Terima kasih semoga Tempo tidak buang-buang Tempo. Semoga anda mendapat Rahmat dan Shalawat NABI MUHAMMAD SALALLAHU 'ALAIHI WASSALAM, karena nama Beliau anda pakai dan selalu di ucapkan Shalawat oleh ALLAH, MALAIKAT-MALAIKATNYA & UMAT MUSLIM ketika menyebutkannya. Berbahagialah anda karena telah memakai nama RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WASSALAM.