SAR Masih Cari 6 Korban Banjir Bandang Air Terjun Dua Warna
- Pixabay
VIVA.co.id – Proses pencarian terhadap korban banjir bandang dan tanah longsor di lokasi wisata Air Terjun Dua Warna, Sibolangit, Sumatera Utara, masih dilakukan. Diperkirakan masih ada enam korban yang masih harus dicari tim SAR.
"Berdasarkan laporan ada 21 korban. Sebanyak 15 korban sudah ditemukan. Dari hasil yang ada, lebih kurang enam orang lagi yang harus kita cari. Apakah selamat atau meninggal dunia. Tim konsentrasi mencari enam orang ini," ujar Sekretaris BPBD Deli Serdang, Darwin Surbakti di lokasi, Senin, 16 Mei 2016.
Menurut Darwin, ada sejumlah kendala dalam proses pencarian korban. Kendala utama adalah medan yang sulit karena jurang yang tajam untuk menuju aliran sungai yang menjadi areal pencarian korban.
"Tim harus melambung jauh ke arah hilir, agar bisa masuk ke dasar sungai," katanya.
Selain itu, penggunaan alat telekomunkasi juga terkendala. Baik telepon genggam ataupun radio panggil atau HT yang tidak dapat menjangkau ke lokasi pencarian. Namun begitu, dengan kendala yang ada, tim tetap siap dan akan terus melakukan pencarian. Perlengkapan untuk merawat jenazah juga telah disiapkan dan tidak ada kendala.
"Sesuai dengan kententuan, tidak ada masalah. Kantong mayat tersedia, tandu tersedia. Jenazah yang sudah ditemukan juga sudah ditunggu tim forensik," katanya.
Seperti dijelaskan Darwin, longsor di tempat wisata Air Terjun Dua warna ini terjadi karena guyuran hujan lebat di kawasan pegunungan, sehingga menyebabkan banjir bandang di lokasi tersebut. Tim penyelamat BPBD Deli Serdang dibantu TNI/Polri dan warga sekitar masih melakukan penyisiran dan pencarian korban hilang.
"Kita sepakati penyisiran dari hulu ke hilir dan hilir ke hulu," ujarnya.
Sebelumnya disampaikan Darwin, sesuai dengan laporan ada 76 korban longsor. Mereka didominasi mahasiswa asal kota Medan, yang terdari Sekolah Ilmu Kesehatan (Sikes) Flora Medan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH USU). GMKI Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU, dan warga kompleks Adam Malik.