Busyro Muqadas: Polisi Bohong soal Kematian Siyono
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menuding, polisi telah berbohong tentang penyebab kematian terduga teroris Siyono. Hal itu berdasarkan hasil autopsi medis serta penelitian akademik yang dilakukannya selama ini.
"Jadi, polisi ada indikasi bohong, karena polisi bilang kematian Siyono disebabkan perkelahian di dalam mobil sehingga ada luka benturan pada bagian kepala. Padahal tidak," kata Busyro saat menghadiri acara Halaqah Fiqih Anti-Terorisme di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang pada Selasa, 3 Mei 2016.
Menurut mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ini, pembunuh Siyono berasal dari tiap personel Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang mengawal menuju Yogyakarta. Ia pun mencurigai, bahwa aksi yang berujung kematian terduga teroris asal Klaten itu melibatkan pihak lain di atasnya.
"Itu pasti pelakunya atas perintrah struktur di atasnya. Soal keputusan kasusnya seperti apa, kita lihat dulu hasil dari Propam Mabes Polri (Divisi Profesi dan Pengamanan Markas Besar Polri di Jakarta),” katanya menambahkan.
Muhammadiyah mendesak Mabes Polri segera mengevaluasi kinerja tim Densus 88. Terlebih sebagai lembaga negara, tim antiteror memiliki konsekuensi bisa dievaluasi kinerjanya. "Densus itu lembaga negara, dalam arti aparat penegak hukum yang tetap memakai anggaran negara. Konsekuensinya harus siap diposisikan untuk diaudit kinerjanya," ujar Busyro.
Meski demikian, tim kuasa hukum Siyono belum mengambil langkah lanjutan berkaitan kasus itu. Hal itu dilakukan karena masih menunggu hasil penyelidikan dari Mabes Polri.
"Sekarang tinggal menunggu keputusan hasil Propam atau Majelis Kode Etik (Mabes Polri), seperti apa putusannya. Apa pun putusannya akan direspons oleh kami.”
(mus)