Sekretaris MA Diduga Pernah Berhubungan dengan Grup Lippo
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA.co.id – Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan keterkaitan antara Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi dengan perusahaan Lippo Group.
Perusahaan tersebut diduga tengah berperkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Perkara tersebut bahkan kemudian terindikasi suap dalam prosesnya. Nurhadi diduga pernah berkomunikasi dengan beberapa pihak dari Lippo Group.
"Ada dugaan bahwa NHD (Nurhadi) ini berhubungan dengan orang-orang itu (Lippo Group)," ujar Pelaksana Harian Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati, saat dikonfirmasi, Selasa, 3 Mei 2016.
Pada penyidikan kasus dugaan suap terkait pengamanan perkara di PN Pusat ini, KPK telah menjadwalkan pemeriksaan sejumlah saksi. Beberapa saksi di antaranya berasal dari pihak Lippo.
Salah satunya yakni, Suhendra Atmadja yang tercatat pernah menjadi Wakil Presiden Komisaris di Lippo Cikarang dan Presiden Komisaris Lippo Securities.
Yuyuk tidak menampik bahwa kasus dugaan suap di PN Jakarta Pusat itu masih ada keterkaitan dengan perusahaan Lippo. Atas dasar hal tersebut, penyidik lantas melakukan pemeriksaan saksi dari pihak Lippo.
"Karena ada salah satu kasus di PN Jakarta Pusat yang ada hubungannya dengan Lippo," kata Yuyuk.
Terkait kasus ini, Tim KPK sebelumnya telah menangkap Panitera PN Jakarta Pusat, Edy Nasution dan seorang swasta bernama Doddy Aryanto Supeno. Edy diduga telah menerima suap dari Doddy terkait pengurusan PK suatu perkara.
Usai menangkap tangan, KPK langsung bergerak menggeledah sejumlah tempat, termasuk rumah dan kantor Nurhadi. Bahkan KPK menyita uang hingga Rp1,7 miliar dari rumah Nurhadi.
Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif telah menyebut bahwa pihaknya menduga uang tersebut terkait suatu perkara.
Sementara itu, Wakil Ketua KPK lainnya, Alexander Marwata menyebut pihaknya tengah menelusuri keterkaitan uang tersebut dengan kasus suap.
Kendati demikian, Alex menyebut tidak tertutup kemungkinan ada keterkaitan secara tidak langsung antara Edy dan Nurhadi.
"Bisa saja kan tidak ada hubungannya misalnya masing-masing main sendiri di 'bawah' dan di 'atas', kita tidak ngerti itu, itulah yang akan kami dalami," ungkap Alex. (ase)