Presiden: Pemerintah Sudah Berkomunikasi dengan Abu Sayyaf
- dunia.news.viva.co.id
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah sudah berkomunikasi dengan kelompok militan Abu Sayyaf yang menyandera sepuluh warga Indonesia di Filipina selatan.
Jokowi tidak menjelaskan dengan detail pembicaraan dengan penyandera para awak kapal tugboat Brahma 12 itu. Namun, Kepala Negara berharap komunikasi intensif dapat segera membebaskan para sandera yang telah ditawan lebih sebulan.
"Komunikasi terus kita lakukan, baik dengan Pemerintah Filipina maupun dengan yang menyandera (kelompok militan Abu Sayyaf), dan kita harapkan ini bisa segera diselesaikan dengan mereka," kata Presiden kepada wartawan di di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 26 April 2016.
Pemerintah Indonesia, kata Presiden, menginginkan agar sandera dibebaskan dengan segera. Namun pemerintah tetap menghormati kedaulatan Filipina sehingga aparat Indonesia menunggu izin pemerintah setempat untuk upaya pembebasan. Andai pemerintah Filipina mengizinkan, tetap harus persetujuan parlemen negara itu.
"Ini yang memang sangat menyulitkan kita, sehingga ada dua yang kita lakukan, dengan pemerintah Filipina, dan lewat jaringan yang kita punyai," ujar Jokowi.
Presiden menegaskan, pemerintah Indonesia tidak akan berkompromi untuk memberikan uang tebusan. Perusahaan tempat para sandera itu bekerja memang telah menyiapkan 50 juta peso Filipina atau Rp15 miliar sebagai uang tebusan. Namun pemerintah Indonesia tidak akan mengutamakan memenuhi tuntutan penyandera yang meminta uang tebusan.
"Kita tidak pernah berkompromi dengan hal-hal yang seperti itu. Jadi tidak ada urusan sama yang namanya uang dan tebusan," ujarnya menegaskan.
(mus)