Soal Samadikun, Jaksa Agung dan BIN Dinilai Cari Muka
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA.co.id – Penjemputan buronan kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Samadikun Hartono, Kamis lalu dikritik terlalu diistimewakan oleh Kejaksaan Agung maupun Badan Intelijen Negara. Penjemputan itu dinilai terkesan seperti penjemputan pejabat.
"Koruptor buron 13 tahun disambut bagai pahlawan, dengan baju necis, baju bagus. Sementara Baasyir dikawal dengan Brimob, dengan baju tahanan. Padahal sama-sama tindak pidana extraordinary crime. Ada apa? Seperti mereka takut. Jangan-jangan Samadikun punya kartu truf juga," kata anggota Komisi III Nasir Djamil, ketika dihubungi VIVA.co.id, Jumat 22 April 2016.
Padahal, menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, semua orang sama di depan hukum. Akibat perlakuan istimewa ini, Nasir mendesak para pejabat itu meminta maaf ke publik.
"Jadi miris kita lihatnya. Sebaiknya mereka minta maaf kepada publik, yaitu Sutiyoso, juga Jaksa Agung," ujar Nasir.
Malah Nasir melihat tampilnya para pejabat di muka umum itu seperti bertindak sebagai pahlawan. Ia mempertanyakan apakah mereka sedang mencari muka.
"Kadang-kadang sok pahlawan. Kalau sudah berhasil merasa jadi pahlawan, tampil di depan umum, beri keterangan pers. Apa mau cari muka sama presiden?" Kata Nasir.
Kamis malam, 20 April 2016, Kepala BIN Sutiyoso dan Jaksa Agung HM Prasetyo memang menjemput buronan BLBI Samdikun Hartono di Bandar Udara Halim Perdana Kusumah.
Samdikun tiba tanpa pengawalan ketat layaknya buronan dan tanpa mengenakan borgol. Ia mengenakan baju kaos berkerah lengkap dengan tas kecil kulit disandangnya.
Ketua Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan BIN Dradjad H Wibowo telah membantah bila ada perlakuan istimewa terhadap Samadikun Hartono. Ia berdalih penangkapan Samadikun hanya berbeda teknis operasi penangkapan.
"Tidak ada pengistimewaan terhadap SH (Samadikun Hartono). Yang beda hanya proses operasinya," kata Drajad.
(ren)