Polisi Ingin Autopsi Siyono, Tapi Keluarga Minta Dikubur
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Kepolisian Republik Indonesia mengklaim telah menawarkan proses autopsi untuk almarhum Siyono, terduga teroris yang tewas di tangan Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Namun, sayangnya tawaran itu tidak diterima keluarga, dan memilih menguburkan jasad Siyono.
"Sudah dipanggil keluarganya baru disampaikan, kita mau autopsi. Keluarganya berpikiran, ya sudahlah, sudah meninggal enggak usah diautopsi lagi. Kita mau cepat langsung dikubur," kata Juru Bicara Humas Polri Kombes Pol Rikwanto, Rabu 20 April 2016.
Namun demikian, meski tawaran autopsi ditolak, kepolisian akhirnya tetap melakukan proses CT Scan untuk jasad Siyono. Sebab itu, Siyono pun dibawa ke RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur.
"Maka di CT Scan-lah itu. Pak dokter Brigjen Arthur Tampi menujukkan penyebab kematian ada pendarahan di bagian kepala, karena hasil CT Scan itu. Setelah itu barulah dibawa ke rumahnya di Klaten," katanya.
Atas dasar itu, kepolisian pun membantah bahwa tidak ada itikad polisi untuk melakukan proses autopsi terhadap Siyono. Sebab, jika memang kepolisian hendak memulangkan Siyono, kata Rikwanto, hal itu sangat bisa dilakukan pihaknya usai kejadian tewasnya Siyono.
"Kalau itu ada niatan tidak diautopsi, sebenarnya bisa langsung dipulangkan ke rumahnya di Cawas Klaten kan dekat. Enggak sampai setengah jam sudah sampai itu," ujarnya.
Siyono (33), merupakan terduga teroris yang tewas usai dijemput paksa tim Densus 88 Antiteror. Kepolisian berdalih, Siyono tewas karena melawan petugas saat diamankan.
Siyono pun dimakamkan tanpa proses autopsi sebelumnya oleh Kepolisian. Ketidakjelasan kematian Siyono tersebut mendapat simpati dari pengurus Pusat Muhammadiyah. Organisasi tersebut melakukan autopsi guna mencari kebenaran terkait penyebab meninggalnya Siyono.