NU Minta Maaf Jika Pernah Menyakiti Korban 1965
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Mantan Anggota Sarekat Islam, Imam Azis, mendukung diadakannya simposium mengenai tragedi 1965 yang diadakan oleh pemerintah di Hotel Aryaduta, Jakarta Selatan, Selasa, 19 April 2016. Imam menjelaskan bahwa tragedi 1965 memang memakan korban sangat banyak. Baik kaum laki-laki, maupun kaum perempuan, menjadi korban kekerasan yang tidak manusiawi.
"Sasaran tragedi tersebut adalah kaum laki-laki dan yang lebih parah kaum perempuan mendapatkan pelecehan seksual. Dan ini sangat berat sekali," katanya saat ditanyai di acara simposium.
Imam juga menjelaskan bahwa Nahdlatul Ulama telah berkumpul bersama para korban untuk meminta maaf kepada para korban tragedi 1965, seandainya NU melakukan kesalahan yang menyakiti korban. "Kita melakukan kumpulan antara korban dan NU. Seandainya yang dilakukan oleh NU menyakitkan, kami mohon maaf," katanya menegaskan.
Imam menilai bahwa dalam tragedi 1965, tidak ada perang yang terjadi pada saat itu. "Bahwa tidak ada perang di situ, yang terjadi adalah suatu proses yang dikomandoi oleh tentara," ujarnya. Maka dari itu, perlu adanya penilaian positif dari masyarakat terhadap korban serta keturunan PKI yang selama ini dipandang negatif.
"Harus diluruskan stigma yang beredar di masyarakat. Masyarakat juga tidak boleh saling menstigma, supaya tidak ada yang saling memusuhi," tuturnya.
Imam berharap dengan adanya simposium yang mempertemukan antara keluarga korban serta pelaku tragedi 1965 menimbulkan suatu kesimpulan yang baik dan menguntungkan kedua belah pihak. "Saya berharap simposium tidak berhenti di sini, korban masih punya ingatan yang kuat," katanya.
Laporan: Yasin Fadhillah