Mensos: Sejak Kartini, Kematian Ibu Melahirkan Tinggi
- VIVA.co.id/ Tudji Martudji/ Surabaya
VIVA.co.id – Raden Ajeng Kartini meninggal di usia muda. Merujuk pada literatur sejarah, tokoh inspiratif perempuan Indonesia itu meninggal, karena komplikasi saat persalinan. Belajar dari kejadian yang menimpa Kartini itu, pemerintah kembali mengingatkan pentingnya gerakan suami siaga.
"Kartini meninggal di usia 25 tahun, karena komplikasi persalinan. Saat ini, angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Refleksi dari Kartini, Kartono-nya (para suami) harus jadi suami siaga, suami siap antarjaga," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, usai mengikuti kegiatan Paskah di Gereja Pantekosta Malang, Jawa Timur, Minggu malam, 17 April 2016.
Mengenai masalah tingginya angka kematian saat ibu melahirkan, Khofifah mengaku ingat tugas yang diberikan Presiden keempat, KH Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur. Saat dia dipercaya menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan, sekaligus Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).Â
Saat itu, Khofifah diserahi tugas untuk menurunkan jumlah kematian ibu saat melahirkan. "Saya ingat pesan Gus Dur yang pertama kepada saya, ialah soal tingginya angka kematian ibu melahirkan," ceritanya.
Waktu itu, awal 2000, angka kematian ibu melahirkan masih sangat tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pemerintah, setiap hari ada dua ibu meninggal saat melahirkan. Umumnya, disebabkan komplikasi persalinan. "Dalam sehari, ada 48 ibu meninggal saat melahirkan," ujar Khofifah.
Hal itu bisa terjadi, karena minimnya kesadaran suami untuk siap siaga saat istrinya mengandung dan akan melahirkan. Sebab, lainnya masih banyaknya perempuan Indonesia yang tidak melek baca.Â
Berdasarkan kenyataan itu, Khofifah meminta masyarakat merefleksikan Hari Kartini pada 21 April 2016 nanti, sebagai tonggak perempuan untuk meningkatkan kualitas diri. "Kartini itu membawa sinar terang dari kegelapan. Artinya, Hari Kartini harus membuka ruang interaksi global perempuan Indonesia, melek baca, dan mampu mencegah diri dari risiko kematian saat melahirkan," ungkapnya. (asp)