Hikmahanto: Patroli Bersama Indonesia-Filipina Tak Efektif
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id - Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengomentari rencana patroli bersama antara militer Indonesia dengan Filipina, untuk mencegah terulangnya peristiwa penculikan WNI oleh kelompok Abu Sayyaf.
Menurut Hikmahanto, rencana itu tidak akan berhasil mencapai tujuannya.
"Itu tidak akan efektif," kata Hikmahanto dalam perbincangan dengan tvOne, Minggu 17 April 2016.
Hikmahanto menuturkan, situasi di perairan Filipina itu berbeda dengan Selat Malaka. Di Selat Malaka hanya terdapat perompak, tetapi mereka tidak mempunyai masalah politis.
"Tidak ada satu kelompok tertentu yang berhadapan dengan pemerintah seperti di Filipina," imbuhnya.
Hikmahanto mengatakan, kelompok Abu Sayyaf memberontak terhadap pemerintah Filipina. Mereka ingin mendirikan negara sendiri.
"Kalau misalnya ada patroli bersama, tidak akan efektif. Filipina otoritasnya tidak menguasai wilayah pemberontak. Mereka tidak tahu medannya. Ibaratnya tentara Jawa, tidak tahu kondisi di Aceh," katanya.
Terlebih, lanjut Hikmahanto, apabila patroli bersama dilakukan, maka kelompok Abu Sayyaf menyebut pemerintah Indonesia tidak bersahabat dengan perjuangan mereka. Selama ini, mereka menilai Indonesia memiliki kontribusi tersendiri.
"Ini yang membahayakan warga kita. Kalau dianggap begitu, maka dia tidak hanya melakukan tindakan (penculikan) dengan motif ekonomi, tapi lain. Kalau sampai sekarang ini kebanyakan masalah ekonomi," tuturnya.
Kelompok milisi Abu Sayyaf, diduga membajak Kapal Motor Brahma 12 yang dinakhodai Peter Tonsend Barahama di perairan Laguyan, Tawi-Tawi, Mindanao Selatan, akhir Maret 2016 lalu. Saat ditemukan warga setempat, 10 kru dari kapal dengan call sign YDB-4731 itu sudah tidak berada di kapal. Mereka diduga sudah dibawa anggota kelompok Sayyaf.
Dari data Indonesia Liason Officer TNI, 10 nama kru kapal yang disandera diperoleh, yakni Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Oktavianto, Reynaldi, dan Wendi Raknadian.
Belum selesai pembajakan dan penculikan yang pertama, terjadi lagi aksi serupa. Kali ini, kapal berbendera Indonesia dibajak di sekitar perairan perbatasan Malaysia dan Filipina pada Jumat 16 April 2016.
Baca: WNI Disandera Lagi, Panglima TNI Duga Pelakunya Abu Sayyaf
Sebelum menculik empat awak, pembajak kapal sempat menembaki awak kapal hingga menyebabkan seorang awak kapal terluka dan dievakuasi polisi perairan Malaysia. Namun, belum diketahui pasti, apakah pelaku pembajakan adalah sama dari kelompok Abu Sayyaf. (asp)