Ini Hasil Autopsi Jenazah Terduga Teroris Siyono
- VIVA/Nadlir
VIVA.co.id – Tim dokter forensik independen dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah melakukan autopsi kematian Siyono 3 April pekan lalu. Hari ini, Senin, 11 April 2016, Komnas HAM dan PP Muhammadiyah serta sejumlah aktivis mengumumkan hasil autopsi tersebut.
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan bahwa ada empat kesimpulan hasil autopsi kematian pria terduga teroris itu.
Pertama, tidak benar bahwa Kepolisian telah melakukan autopsi jenazah Siyono sebelumnya. Karena itu, Dahnil menegaskan, autopsi yang dilakukan tim dokter forensik independen adalah autopsi yang pertama.
"Ini autopsi pertama, tidak benar Densus sebut sudah lakukan autopsi. Kalau CT-Scan iya," kata Dahnil di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Menteng Jakarta Pusat, Senin 11 April 2016.
Kedua, tidak betul kematian Siyono akibat pendarahan hebat di kepala. Alasannya, hasil autopsi tidak menunjukkan demikian.
"Memang ada bekas pukulan di kepala, tapi itu bukan penyebab kematian. Tidak ada pendarahan di kepala, lah ini kok aneh Polisi tahu tapi belum melakukan autopsi," kata Dahnil.
Ketiga, ada pendarahan hebat akibat patah pulang di bagian dada yang menusuk jantung. "Jadi patah tulang itu berujung pada terkenanya jantung. Itu penyebab kematiannya," tegas Dahnil.
Terakhir, dari hasil autopsi diketahui pula tidak ditemukan adanya upaya perlawanan yang dilakukan Siyono, meski medapat kekerasan yang diduga dilakukan anggota Detasemen Khusus (Densus 88) Antiteror Mabes Polri.
"Tidak ditemukannya indikasi perlawanan dari korban. Dari mana? Tidak ada luka tangkis yang bentuknya perlawanan misal di siku korban," ujar dia.
Sebelumnya, Siyono, 33 tahun, terduga teroris yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, meninggal pada Jumat siang, 11 Maret 2016.
Tewasnya Siyono menurut Kepolisian karena pria yang berusia 37 tahun itu berusaha melakukan perlawanan terhadap aparat di dalam mobil yang membawanya.
Hingga dikembalikan kepada keluarga, jenazah Siyono belum diautopsi. Oleh karena itu, penyebab pasti kematian terduga teroris itu belum bisa dipastikan secara medis. (ase)