Autopsi Siyono Bukan untuk Pojokkan Densus 88
- dokumentasi
VIVA.co.id – Aktivis Muhammadiyah Ma'mun Murad AL-Barbasy mengatakan, langkah Muhammadiyah melakukan autopsi terhadap terduga teroris Siyono yang tewas setelah ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror tak bermaksud berpihak pada terorisme. Hal ini menurut dia justru bertujuan menepis adanya pandangan kurang baik dari masyarakat terhadap Kepolisian.
"Selama ini kan memang menerima masukan dari Komnas HAM terkait masalah ini. Ada yang mengatakan meninggal tidak wajar dan sebagainya. Saya rasa langkah autopsi langkah proposional dan berkemajuan," kata Ma'mun di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 7 April 2016.
Dia mengatakan, dengan adanya autopsi oleh Tim Dokter Forensik Muhammadiyah, maka masukan akan bisa diberikan kepada Densus 88 mengenai cara pengamanan terduga teroris. "Jadi saya sampaikan ini akan menjadi pembelajaran luar biasa bagi Densus untuk memperbaiki tapi tidak mempermalukan Densus," kata dia lagi.
Hasil pasti autopsi atas jenazah Siyono yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah itu, kata dia akan disampaikan setelah 10 hari autopsi.
Terduga teroris Siyono tewas setelah ditangkap Densus 88 di Klaten, Jawa Tengah pada Maret silam. Pria yang diduga bagian dari jaringan Jamaah Islamiyah tersebut menurut polisi akhirnya meninggal karena melakukan perlawanan.
Keluarga Siyono sendiri kemudian meminta advokasi kepada PP Muhammadiyah agar didampingi dalam proses gugatan. Mayat Siyono yang sudah sempat dikuburkan akhirnya digali lagi untuk diautopsi.