Mantan KSAU: Penerbangan Sipil Tak Direncanakan Baik
- VIVA.co.id/ Nuvola Gloria
VIVA.co.id – Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Jenderal (Purn) Chappy Hakim, menilai tabrakan antara pesawat Batik Air dan TransNusa di landasan Bandara Halim Perdanakusuma, merupakan imbas dari penggunaan bandara itu untuk penerbangan komersil.
Hal ini tidak terlepas dari salah manajemennya pengelolaan Bandara Soekarno-Hatta, sehingga menyebabkan bandara Halim Perdanakusuma harus melayani lonjakan rute penerbangan, melebihi kapasitas maksimumnya.
"Terlihat sekali, penerbangan sipil tidak direncanakan dengan baik. Jadi, karena Cengkareng (Soekarno-Hatta) mismanagement, amburadul, sehingga melampaui tiga sampai empat kali kapasitas, sehingga diputuskan untuk pindah ke Halim," jelas Chappy dalam perbincangan dengan tvOne, Selasa 5 Maret 2016.
Menurutnya, rencana awal penggunaan bandara itu untuk kebutuhan sipil hanya sementara, sambil menunggu pengembangan bandara Soekarno-Hatta.
Namun, dalam perkembangannya, di Halim justru maskapai membuka rute penerbangan baru, sehingga menambah beban penerbangan sipil di Indonesia, dan tidak menyelesaikan masalah terhadap terjadinya kepadatan penerbangan.
"Yang lebih parah, di Halim membuka rute baru dan maskapai baru. Ini berbahaya, karena Halim hanya punya satu runway untuk take off dan landing, tidak punya taxiway, dan parkirnya sendiri sangat sempit. Dengan kondisi itu, kebutuhan penerbangan di Halim sudah sangat padat," ungkap Chappy.
Chappy menilai, kelebihan kapasitas penerbangan sipil di bandara, karena tidak adanya pembangunan yang seimbang antara perkembangan sarana penerbangan dengan industri aviasi.
"Masalah utamanya pengembangan penerbangan sipil yang hanya memperhatikan pertumbuhan penumpang, karena ada perkembangan ekonomi di sana," tuturnya.
Untuk itu, Chappy meminta pemerintah mengevaluasi kembali keberadaan penerbangan sipil di bandara yang awalnya digunakan hanya untuk kebutuhan militer ini. (asp)