Alasan Muhammadiyah Kirim Tim Forensik Periksa Jasad Siyono
- dokumentasi
VIVA.co.id - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyatakan jika pihaknya menyediakan tim dokter saat melakukan autopsi jenazah Siyono, pria yang diduga terlibat terorisme dan tewas di tangan Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Klaten, Jawa Tengah.
Menurut Haedar, keterlibatan dokter forensik Muhammadiyah lantaran permintaan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) agar hasil yang didapat benar-benar objektif.
"Jadi kami ada di dalam fungsi dan tugas Komnas HAM. Tapi kami punya tim dokter yang berperan untuk forensik. Justru Pak Kapolri setelah berkomunikasi menugaskan satu dokter forensik bergabung dengan tim yang ada di lapangan," kata Haedar, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin, 4 April 2016.
Kata Haedar, hasil autopsi hingga saat ini belum diketahui. Dia juga enggan merinci hasil autopsi, termasuk soal temuan ada bekas hantaman benda tumpul pada tubuh Siyono.
"Soal hasilnya nanti ya, ini teknis sekali. Nanti akan ada kira-kira seminggu sampai 10 hari (hasil keluar), dan yang berhak melaporkan itu tim forensik murni sebagai tugas profesional," katanya.
Sebelumnya, Siyono (33 tahun), warga Klaten, Jawa Tengah yang menjadi terduga teroris, meninggal pada Jumat siang, 11 Maret 2016. Dia tewas setelah dijemput paksa dan diperiksa tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.
Tewasnya Siyono, menurut kepolisian, karena pria itu melakukan perlawanan terhadap aparat di dalam mobil yang membawanya. Hingga dikembalikan kepada keluarga, jenazah Siyono belum diautopsi, sehingga penyebab pasti kematiannya belum bisa dipastikan secara medis. (ase)