Peserta Ujian Nasional Tuna Netra 'Curhat' ke Mendikbud
- Tudji Martudji/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, saat menggelar inspeksi di dua sekolah di Surabaya, menyempatkan diri mampir dan melihat peserta ujian siswa inklusi di SMAN 8 Surabaya, Senin 4 April 2016.
Didampingi Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Anis berbincang dengan Alvian Andaka. Dia salah satu siswa inklusi di kelas XII SMAN 8 yang mengikuti Ujian Nasional (UN).
Menteri Anis sempat menanyakan kesulitan materi ujian Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf braille, yang tengah dikerjakan Alvian.
Bagi pelajar itu, kesulitan utama yang dia hadapi adalah saat lembaran soal terpencar. Jika sudah demikian, dia tak mungkin bisa menjawab, karena soalnya belum tuntas dicerna. Dia berharap suatu saat bisa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), sehingga tak perlu lagi kesulitan menyusun lembaran soal.
"Jadi, saya harus mencari lembar soal tersebut, kemudian baru membacanya," kata Alvian.
Tak hanya menyangkut persoalan teknis naskah soal, Alvian pun mengungkapkan beberapa kesulitan yang harus dia dan rekan-rekannya sesama tunanetra hadapi. Untuk Bahasa Inggris, sampai saat ini tidak ada kamus Bahasa Inggris-Indonesia dengan huruf braille. Sedangkan untuk matematika, seringkali dia kesulitan menangkap penjelasan gurunya.
"Karena saya tidak bisa melihat angka-angka yang dijelaskan guru di papan tulis," ujar Alvian.
Setelah itu, Anis pun memberikan kartu namanya yang memiliki huruf braille. Alvian bisa membaca ejaan nama Anis dengan lancar.
Rombongan Kemdikbud tiba di SMA Hang Tuah 1, Surabaya sekitar pukul 05.00 WIB. Anies tak hanya memantau pelaksanaan UN, tapi juga mengontrol kesiapan sekolah. Anis terlihat memasuki sejumlah ruangan. Mulai dari ruang ujian, listrik, naskah dan kesiapan komputer.
"Dengan komputer sudah tidak ada lagi kekhawatiran soal bocor. Semuanya sudah disiapkan ke komputer. Tinggal diunduh saja," kata Anis.
Menurutnya, tahun ini banyak kemajuan yang dilakukan terkait penyelenggaran UN. Saat ini ada 7,6 juta peserta UN di seluruh Indonesia, dan sekitar 921 sekolah yang sudah melakukan UNBK. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, yang hanya 440 sekolah.
Menurut Anies, UNBK juga menghemat waktu dan effisien. Pihaknya pada UN ini juga sudah tidak lagi menerima keluhan mengenai keterlambatan datangnya naskah soal.
"Penyelenggaraanya lebih sederhana namun effisien, dengan komputer siswa lebih interaktif, karena soal bisa berupa gambar, bisa video. Kedepan akan terus ditingkatkan lagi UNBK," paparnya.
Anis berpesan, untuk menyelenggarakan UNBK, persiapan harus dimatangkan. Tidak boleh ada asumsi bahwa pelaksanaan ujian akan lancar meskipun menggunakan komputer karena yang terpenting adalah perencanaan dan implementasi.
"Yang terpenting adalah, satu perencanaan, dua perencanaan, tiga perencanaan dan selanjutnya implementasi. Jangan diasumsikan semuanya lancar," tuturnya. (ren)