Karena Tikus, Banyak Warga Bantul Meninggal Dunia
Sabtu, 2 April 2016 - 22:24 WIB
Sumber :
- www.nefosnews.com
VIVA.co.id - Dinas Kesehatan Bantul mengungkapkan tiga dari 19 kasus Leptospirosus pada awal 2016 berujung meninggal dunia. Dinkes mengklaim, angka kematian 15,8 persen tersebut bukan karena kelalaiannya, tetapi karena penyakit Leptospirosis memang tergolong berat.
Baca Juga :
Tips Redakan Asam Lambung untuk Lansia
Â
Pada 2015, setidaknya lima orang meninggal akibat penyakit yang disebarkan melalui kencing tikus ini.
Â
"Adapun Bantul pernah mengalami KLB (kejadian luar biasa) pada 2010 dengan 116 kasus dan 19 meninggal. Sementara pada 2011 terdapat 154 kasus dan 12 meninggal," kata Kepala Dinkes Bantul, Maya Shintowati Pandji, Sabtu, 2 April 2016.
Â
Dia menjelaskan, tingginya angka kematian akibat penyakit Leptospirosis biasanya karena pasien terlambat penanganan. Ciri serangan Leptospirosis adalah panas dan pegal pada betis, yang dianggap penyakit enteng sehingga sering dibiarkan.Â
Â
Belum lagi, rumah sakit biasanya suka saling lempar kalau ada pasien agak parah positif terkena Leptospirosis.Â
Â
"Kenapa saling lempar, ya karena kasus Leptospirosis tergolong kasus agak berat, karena angka kematian yang tinggi," urainya.
Â
Meski ada kematian akibat Leptospirosis, tetapi Pemkab Bantul belum berstatus KLB. Penanganan yang dilakukan Dinkes sudah seperti menangani KLB.Â
Â
"Saat KLB setiap kali ada pasien yang masuk Puskesmas langsung diberikan antibiotik," jelasnya.
Â
Ketua Komisi D DPRD Bantul, Enggar Suryo Jatmiko, sepakat seharusnya Dinkes melakukan sosialisasi secara maksimal pada setiap lapisan masyarakat. Selain itu, dia mempertanyakan mengapa hingga saat ini masih ada rumah sakit yang saling lempar dalam menangani sebuah penyakit.
Â
"Leptospirosis membuat masyarakat takut dan khawatir. Kami mendesak Dinkes untuk sosialisasi hingga tingkat bawah. Kasus terjadi karena kurangnya pengetahuan bahaya Leptospirosis," katanya. (one)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Â