Pasukan Elite AL Siaga Misi Pembebasan Sandera di Filipina

Komando Pasukan Katak (Kopaska) bisa diandalkan untuk operasi penyelamatan sandera.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA.co.di - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Ade Supandi, menyatakan bahwa semua kekuatan militer di bawah komandonya sudah dalam posisi siap bergerak untuk membebaskan sepuluh warga Indonesia yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina.
 
Ade Supandi menyebut telah menyiagakan sejumlah pasukan elite dan beberapa kapal perang dalam operasi pembebasan para sandera, yang semua adalah awak kapal tugboat dan kapal tongkang pengangkut batu bara itu. Dia menyebut satu pasukan paling elite yang dimiliki TNI AL, yakni Detasemen Jala Mangkara (Denjaka).
 
Tetapi, kata Ade Supandi, semua pasukan dan pengerahan kapal perang belum mendapat perintah dari Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
 
"Semuanya akan diatur Panglima TNI, termasuk konsep misi pembebasan yang sudah direncanakan Panglima. Kita (TNI AL) hanya siap menjalankan perintah,” kata KSAL kepada wartawan saat menghadiri sebuah seminar di Kota Padang, Sumatera Barat, pada Kamis, 31 Maret 2016.
 
“Sejauh ini,” Ade Supandi menambahkan, “komunikasi dengan Menlu, Kapolri dan Panglima TNI sudah berjalan. Kita tinggal menerima perintah.”
 
Dia tidak merinci berapa jumlah kapal perang dan personel Denjaka yang akan dilibatkan dalam misi pembebasan sandera itu. Hal yang penting adalah semua sudah direncanakan Panglima TNI, sementara Angkatan Laut siap menjalankan misi itu.
 
"Kalau soal strategi dan jumlah personel maupun peralatan tempur yang dikirim itu, kan, rahasia, enggak mungkin diceritakan. Intinya kami TNI AL siap dengan tugas jika diperintahkan Panglima TNI," ujar Ade.
 
Denjaka
 
Denjaka adalah satuan gabungan personel Batalyon Intai Amfibi (Taifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) yang merupakan bagian Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Anggota Denjaka dididik dalam suatu pendidikan yang disebut Penanggulangan Teror Aspek Laut, yang memang dikhususkan untuk satuan antiteror walau mereka juga bisa dioperasikan di mana saja, terutama antiteror aspek laut.
 
Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin (operasi rahasia) aspek laut.
 
Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Satuan khusus itu dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.
 
Amankan Laut Sulu, Tiga Negara Sepakat Kerja Sama
Prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Di samping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
 
Upaya Pemerintah Bebaskan WNI yang Ditawan Abu Sayyaf
Aktivitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Tapi mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang andal.
 
Bebaskan Sandera Abu Sayyaf, Pemerintah Pilih Diplomasi
Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki keterampilan yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Ada yang menganggap kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI biasa.
 
Setiap prajurit Denjaka memiliki kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara.
 
Selain itu juga menguasai taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut.
 
Personel Denjaka juga menguasai pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya