Kisah Adik Bomber Bali Tolak Ajakan Abu Sayyaf Bajak Kapal
Kamis, 31 Maret 2016 - 00:20 WIB
Sumber :
- REUTERS
VIVA.co.id - Mantan aktivis terorisme asal Bojonegoro, Jawa Timur, Ali Fauzi Manzi, mengaku pernah bersentuhan dengan kelompok Abu Sayyaf saat masih aktif mengikuti latihan di kamp pelatihan di Mindanao, Filipina. Fauzi bahkan pernah diajak Abu Sayyaf bergabung tapi menolak.
Baca Juga :
3 WNI Sandera Abu Sayyaf Dibebaskan
Adik kandung bomber Bali, Ali Imron, itu menjelaskan, dia pernah bersentuhan dengan kelompok Abu Sayyaf sekitar tahun 1994 sampai 1996. "Kemudian pada tahun 2002 sampai tahun 2005 pernah bersentuhan dengan kelompok-kelompok Abu Sayyaf di Mindanao," kata Fauzi dihubungi VIVA.co.id pada Rabu, 30 Maret 2016.
Â
Waktu itu, lanjut Fauzi, dia masih bergabung dan ikut latihan militer dengan kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF). Kebetulan pada tahun 1994-1995 pimpinan kelompok Abu Sayyaf bergabung dengan Komandan MILF yaitu Samad Hasyim. Hingga kemudian kerjasama dua kelompok militan ini pecah karena berbeda paham.
Â
Saat itulah Fauzi mengaku sering berkomunikasi dengan orang-orang Abu Sayyaf, baik di kamp pelatihan militer maupun di kota-kota sekitar Mindanao. "Saya pernah diajak gabung (berbuat kriminal seperti merampok dan membajak kapal), tapi saya tidak mau masuk terlalu dalam. Saya lebih senang di kamp, tidak ke luar," katanya.
Â
Fauzi menjelaskan, MILF dan kelompok Abu Sayyaf merupakan organisasi militan yang berbeda serta berdiri sendiri. Abu Sayyaf bukan sempalan MILF maupun MNLF. Maka itu setelah MILF berganti pimpinan, Abu Sayaf dan MILF pun pecah kongsi. "MILF sekarang berbeda. Bahkan kalau ada orang Abu Sayyaf ada di daerah kekuasaan MILF, mereka dikejar-kejar," ujarnya.
Â
Fauzi mengakui, kelompok Abu Sayyaf memiliki kemampuan militer dan pengalaman perang yang hebat. Tidak mudah melumpuhkan kelompok militan yang kini berafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) itu. "Militer pemerintah Filipina saja kesulitan menghadapi kelompok Abu Sayyaf," ujarnya.
Â
Fauzi menyarankan pemerintah Indonesia membuat pertimbangan matang dalam melakukan misi pembebasan pembajakan kapal tugboat Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 dan penyanderaan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia oleh militan Abu Sayyaf.
Â
"Jangan asal menyerang, karena di sana situasinya berbeda. Kelompok Abu Sayyaf lebih hebat dari teroris di Indonesia dan menguasai medan di sana. Indonesia bisa lebih mengutamakan negosiasi dengan memanfaatkan narapidana Abu Sayyaf yang ditahan pemerintah Filipina," kata Fauzi.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Fauzi menjelaskan, MILF dan kelompok Abu Sayyaf merupakan organisasi militan yang berbeda serta berdiri sendiri. Abu Sayyaf bukan sempalan MILF maupun MNLF. Maka itu setelah MILF berganti pimpinan, Abu Sayaf dan MILF pun pecah kongsi. "MILF sekarang berbeda. Bahkan kalau ada orang Abu Sayyaf ada di daerah kekuasaan MILF, mereka dikejar-kejar," ujarnya.