DPR Dorong Penguatan Kerja Sama ASEAN Tindak Terorisme
- Youtube
VIVA.co.id – Anggota Komisi I DPR RI, Ahmad Zainuddin, mengatakan, pemerintah Indonesia dan Asia Tenggara harus belajar dari peristiwa penyanderaan awak tugboat Brahma 12, oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Menurut dia, ada dua hal yang patut menjadi perhatian utama bagi pemerintah Indonesia maupun ASEAN.
"Pertama, penyanderaan ini merupakan efek dari tidak terselesaikannya masalah regional di Filipina selatan, yaitu separatisme dan terorisme. Dua isu non-tradisional ini menjadi pekerjaan rumah ASEAN yang harus diselesaikan," ujarnya saat dihubungi, Rabu 30 Maret 2016.
Akibat tidak selesainya masalah separatis dan terorisme di kawasan itu, berdampak pada keamanan kawasan. "Jangan sampai Laut Sulu jadi seperti tanduk Afrika yang rawan pembajakan oleh milisi Somalia," ungkapnya.
Masalah lainnya, menurut Zainuddin, adalah mewujudkan penguatan sistem keamanan maritim Indonesia. Sebab, kawasan laut di Asia Tenggara sebagian besar berada dalam wilayah Indonesia. Sementara itu, banyak kejahatan lintas negara terjadi di lautan.
Menurut politisi PKS ini, pembajakan dan penyanderaan kapal Indonesia dapat terhindar jika pertahanan keamanan di perbatasan laut, serta sistem keamanan maritim Indonesia terbangun baik.
"Keamanan laut Asia Tenggara cukup bergantung kepada sistem keamanan maritim Indonesia. Karena kita yang terbesar di regional," katanya.
Di sisi lain, ASEAN sudah mendeklarasikan komitmen keamanan masyarakat di komunitas Asia Tenggara.
"ASEAN sudah men-declare komitmen Masyarakat Keamanan ASEAN sebagai pilar ASEAN Community. Mengapa ini bisa terjadi? Siapa yang jamin kasus ini tidak berulang di masa depan jika masalah Filipina selatan tidak selesai," ujar Ahmad.