Ada Korban, Terjun Payung Jogja Air Show Sesuai Prosedur
- Daru Waskita/ VIVA.co.id
VIVA.co.id – Atlet Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Wika Milati Mulaningtyas, meninggal dunia setelah mendarat di laut pada Jogja Air Show 2016, yang digelar di landasan pacu Pantai Depok, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Sabtu 26 Maret 2016.
Wika sempat ditolong anggota SAR, namun nyawa putri dari Serka Sudaryono, anggota TNI AU Lanud Adisutjipto Yogyakarta, tak tertolong.
"Wika landing di air dan semua prosedur sudah dilaksanakan. Namun, sayangnya landing di pecahan gelombang dan tergulung gelombang. Sempat dilakukan pertolongan namun kondisi tubuhnya lemas," kata Danlanud Adi Sucipto, Marsma TNI Imran Baidirus, saat ditemui di Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta.
Menurutnya, Wita sudah melaksanakan prosedur landing di atas air dengan cut way 4 meter sebelum jatuh ke dalam air. Kondisi cuaca pun pagi tadi mendukung.
"Wika ini agak terpisah sendiri di atas laut, kita belum tahu permasalahannya apa," katanya.
Imran mengatakan, saat diselamatkan, kondisi korban masih hidup, namun meninggal setelah mendapatkan perawatan. Wita merupakan atlet FASI yang mengikuti penerjunan pagi tadi, bersama 44 penerjun yang dibagi tiga kali penerjunan.
"Lokasi pendaratan berada 35 meter dari bibir pantai, karena ombak besar sempat tergulung," ungkapnya.
Imran mengaku akan melakukan investigasi, untuk mengetahui penyebab pasti korban jatuh di dalam air. "Semua kejadian pasti akan dilakukan investigasi."
Saat ini, korban dibawa ke rumah duka di Kompleks Blok H-3 nomor 16, Lanud Adi Sutjipto. Para jurnalis tidak diperkenankan meliput ke rumah duka.
"Rencananya besok pukul 11.00 WIB akan dimakamkan. Kita punya pemakaman lanud di Keradenan," tutur Imran.
Sementara itu, Letnan Satu Tarju, anggota TNI AU yang bertugas di Pantai Depok menjelaskan, saat penerjunan pertama pukul 08.00 WIB. "Korban Wika ikut penerjunan yang pertama dengan jumlah penerbang sekitar 15 penerjun," jelasnya.
Kondisi arah angin sendiri saat korban mencoba mendarat di titik yang ditentukan, bergerak silang dari utara ke selatan dan sebaliknya. Kondisi angin inilah yang menurutnya menyulitkan pendaratan.
"Ya itu yang membuat penerjun mengalami kesulitan mendarat," tutur Tarju.
Dia pun melanjutkan, "Saya tidak tahu apakah penerjun tersebut bisa berenang atau tidak. Namun yang jelas semua penerbang tidak menggunakan pelampung padahal jika terjun payung di dekat air atau laut harus menggunakan pelampung. Itu prosedur."
Wika, kata Tarju, tak hanya kali ini mengalami kesulitan. Pada penerbangan Jumat kemarin, 25 Maret 2016, Wika juga sempat mengalami masalah dan harus mendarat di sisi barat Pantai Depok.
"Sudah kedua kali ini korban mengalami masalah saat penerjunan," ungkapnya.