Santri At Taqi di Jepara Menghilang Setelah 4 Bulan Mondok
- Istimewa
VIVA.co.id – Seorang santri bernama Muhammad Reza dilaporkan menghilang dari Pondok Pesantren At-Taqi di Desa Welahan, Jepara, Jawa Tengah. Menurut ayahnya, Samsul Bahri, Reza sudah menghilang sejak 24 November 2015 lalu.
Pria berusia 23 tahun ini memiliki ciri-ciri, kulit hitam manis dengan tinggi badan 170 centimeter. Saat terakhir terlihat, Reza berperawakan kurus dengan rambut botak.
Kepastian Reza menghilang ini dia dapatkan dari pengurus pondok. Saat itu, Reza dan beberapa rekan-rekannya sesama santri selesai mengikuti acara Maulid Nabi Muhammad SAW, di kediaman salah satu santri KH Nur Kholis, pimpinan Pondok Pesantren At-Taqi, yang berada di desa sebelah.
Setelah pulang dari acara itu, Reza tidak menunjukkan perilaku yang aneh. Dia terlihat berkumpul bersama dengan santri lainnya, setelah selesai menjalankan ritual mandi dini hari. "Seperti biasa, pukul 2 itu mandi, dibasuh begitu badannya, itu pengobatannya. Setelah itu, mereka kumpul, biasa, mengobrol. Ketahuan hilang itu pas salat Subuh, pas disuruh sarapan, Reza sudah tidak ada," ujar Samsul ketika dihubungi VIVA.co.id, Rabu, 23 Maret 2016.
Setelah mengetahui Reza menghilang, Samsul berniat melaporkannya ke polisi agar bisa diberikan penanganan segera. Namun, tindakan ini dicegah pengurus pondok, dan memintanya untuk menunggu beberapa saat. Pasalnya, kasus santri melarikan diri dari pondok bukan kali pertama terjadi, sehingga pengurus pondok sudah terbiasa menghadapi masalah ini. "Saya dilarang lapor ke polisi, disuruh tunggu saja dulu, nanti juga balik lagi," ujar Samsul menambahkan.
Namun, setelah menanti cukup lama, akhirnya kesabaran Samsul habis. Dia pun mengadukan masalahnya ke polisi awal Februari 2016 lalu.Â
Memiliki Kelainan Jiwa
Samsul menuturkan, dia sengaja memasukkan Reza ke At-Taqi, karena anaknya itu memiliki masalah kejiwaan. Hal ini bermula saat dia mulai menjadi santri di sebuah pesantren di Sukabumi, Jawa Barat, pada 2011. "Jadi sama salah satu ustad di pondok, Reza dikasih ilmu. Katanya namanya Doa Nabi Musa," ungkap Samsul.
Setelah menyelesaikan studi di pesantren itu, Reza pun kembali ke keluarga di Jakarta. Saat itu, dia mulai menunjukan perilaku berbeda. Setiap melihat orang dia kerap bersujud, dan berjalan membungkuk. Samsul pun meminta masukan dari beberapa pemuka agama yang dia kenal.
Dari beberapa masukan, disimpulkan Reza telah dirasuki. Samsul pun membawanya berobat alternatif ke beberapa tempat yang menjadi rekomendasi teman-temannya satu pengajian.
Tak hanya itu, beberapa temannya juga menyarankan agar Reza diberikan pengobatan secara medik. "Saya bawa juga ke Rumah Sakit Islam di Klender," tutur Samsul.
Oleh psikiater, Reza dinilai memiliki kepribadian bipolar. Psikiater juga mengungkapkan ada beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebabnya. Pertama, Reza memiliki cita-cita yang tidak tercapai. Kedua, kurangnya kasih sayang seorang ibu, karena memang ibunya sudah meninggal dunia saat Reza berusia 5 tahun.
"Akhirnya dia diberikan obat penenang, dan menjalani pengobatan hampir setahun," kata Samsul.
Namun, setelah setahun dia tidak juga menunjukan tanda-tanda akan sembuh. Sampai akhirnya Samsul mendapatkan saran agar memasukkan Reza ke At-Taqi. Pesantren ini, kata Samsul, dikenal memiliki metode yang efektif untuk menyembuhkan masalah disabilitas psikososial seperti yang dialami Reza.
"Saya masukkan ke pesantren itu juga biar dia tidak ketergantungan obat penenang, terus katanya di At-Taqi itu bagus," ujarnya menjelaskan.
Akhirnya Juli 2015, beberapa hari setelah merayakan Idul Fitri bersama keluarga, Reza dibawa Samsul ke Jepara, untuk menjalani terapi pengobatan di sana.
Tiga bulan setelah Reza dimasukkan ke At-Taqi, Samsul berusaha menjenguknya ke Jepara. Sayangnya, dia tidak bisa menghabiskan banyak waktu bersama Reza, karena dia masih dalam proses penyembuhan sehingga tidak diperkenankan bertemu dengan pihak luar.
"Saat ketemu tidak omong banyak, karena dia masih ditangani kiai. Jadi saya disuruh pulang. Nanti kalau sudah baik saya akan dikabari," cerita Samsul.
Itulah pertemuan terakhir Samsul dengan Reza.
Samsul sudah mencoba semua daya yang dia punya untuk mencari anaknya. "Saya sudah hubungi keluarga terdekat, kerabat di Kendal, Yogya, pokoknya semua sudah saya hubungi, kecuali temannya Reza yang saya tidak kenal," tuturnya.
Kini, Samsul hanya bisa berharap pada masyarakat, jika ada yang mengetahui informasi mengenai keberadaan Reza, agar bisa memberitahukannya pada polisi terdekat, atau menghubungi kakaknya yang berada di Taman Galaxi, Jalan Pulo Sirih Timur Raya Blok AE nomor 34, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Jawa Barat.
Dari keterangan pengurus pesantren, pakaian terakhir yang dipakai Reza adalah sarung putih dan kemeja panjang putih garis hitam.Â
(mus)