Insiden di Natuna, KSAL Sebut Tiongkok Terobos Wilayah RI
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - TNI Angkatan Laut (AL) bereaksi atas insiden kapal berbendera Tiongkok yang ditangkap oleh Tim PPNS dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, atau tepatnya di perairan Natura, pada Minggu 20 Maret dini hari.
Peristiwa bermula, saat kapal milik KKP menangkap kapal nelayan Tiongkok di perairan Natuna. Namun, saat hendak dibawa ke daratan, salah satu kapal coast guard Tiongkok tiba-tiba mengejar Kapal Pengawas (KP) Hiu 11 milik Indonesia dan kapal tangkapan KM Kway Fey 10078 Tiongkok dengan kecepatan 25 knots.
Kapal cost guard itu justru menabrak kapal tangkapan hingga rusak. Akhirnya, petugas meninggalkan kapal tangkapan tersebut demi keselamatan.
"Kita sudah patroli di sana. Kebetulan pada saat kejadian, kapal lagi balik, kapal lagi putar haluan, makanya kapal KKP masuk. Gantian kan. Karena KKP yang di sana, mereka (kapal TNI AL) yang keluar," kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, usai melayat korban helikopter TNI di Hanggar Skadron 17 Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 22 Maret 2016.
Laksamana Ade menegaskan wilayah perairan yang dimasuki nelayan Tiongkok merupakan wilayah kedaulatan RI. Dengan demikian, kapal nelayan Tiongkok telah melanggar batas wilayah untuk mencari ikan, sehingga aktivitas nelayan Tiongkok tersebut dikategorikan pencurian ikan atau illegal fishing.
"Positioning kapal China itu berada di wilayah kita, memang sih sesuai radar, itu berada di wilayah kita," katanya.
Dia menjelaskan, ada lima kapal TNI AL yang di perairan Natuna dan sekitar laut China Selatan. Namun, khusus untuk persoalan ini, KSAL mengakui TNI AL belum akan turun langsung. Sebab, masalah utamanya adalah terkait pencurian ikan.
"Itu kan masalah perikanan. Sehingga konflik yang kita hadapi ya soal perikanan itu dulu. Ada positioning yang berbeda. Nanti diselesaikan di tingkat diplomasi oleh Kementerian Luar Negeri," jelasnya.
Laksamana Ade menambahkan, TNI AL masih menunggu hasil diplomasi yang dilakukan Kementerian Luar Negeri terhadap Tiongkok atas insiden tersebut. Kendati demikian, TNI AL, lanjut Ade, tetap akan meningkatkan kekuatan untuk pengamanan di perairan Natuna.
"Kalau ada kondisi seperti ini, ya berarti ada yang harus kami tingkatkan. Kemudian juga monitoring lebih intensif kapal-kapal perikanan," jelasnya.
Â