Pilot Helikopter Jatuh di Poso Pernah Lolos Musibah Tsunami
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id – Keluarga besar Kapten Cpn Agung Kurniawan, TNI AD yang jatuh di Poso, mengaku kaget mendengar musibah tersebut. Rasa kaget itu disusul dengan duka mendalam setelah semua kru dan penumpang helikopter Bell 412 HA.5171 tersebut meninggal dunia.
"Sebelum berangkat ke Palu kakak saya (Kapten Agung), Sabtu 19 Maret 2016 pagi mengirim SMS pamitan untuk bertugas di Palu selama dua bulan," kata adik korban, Desi Kurniawati (33) di rumah duka Kampung Karanganyar MG 3, RT 66/RW 18, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Senin 21 Maret 2016.
Desi mengaku kaget dengan SMS yang dikirim oleh kakaknya karena setiap dia tugas tidak pernah memberi kabar, namun kemarin saat bertugas di Poso mengirimkan SMS.
"Lha ini tiba-tiba SMS karena tidak biasanya seperti itu. Biasanya bapak cerita kalau Mas Agung sedang dinas di luar Jawa. Hanya sebatas itu saja. Lalu saya balas SMS-nya untuk berhati-hati di sana," ungkap wanita berjilbab ini.
Sejak kecil Agung memang bercita-cita ingin seperti Ponimin, ayahnya yang merupakan pensiunan tentara berpangkat Serma. Setelah lulus dari SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, Agung yang lahir di Ambarawa 3 April 1982 itu masuk ke Sekolah Penerbang Adisutjipto dan lulus 2003. Usai lulus, ia kemudian bergabung dalam Satuan Penerbang Angkatan Darat (Penerbad).
"Sejak kecil dia sederhana. Sekolah di Muhammadiyah. Ketika teman-temannya pergi naik sepeda motor, dia lebih memilih ngontel (bersepeda). Bahkan kalau istirahat sering pulang ke rumah hanya untuk makan," ujar Rudi Supriatmojo, kakak ipar almarhum.
Pada 2007, Agung yang merupakan bungsu dari empat bersaudara ini menikah dengan gadis asal Temon, Kulonprogo bernama Tri Radiyati. Dari pernikahannya dikaruniai satu putra dan dua putri. Anak terakhirnya saat ini baru berusia lima bulan.
Rudi mengaku terakhir kali mengetahui Agung pulang ke rumah Yogyakarta sudah cukup lama, sekitar setahun yang lalu. Saat itu kebetulan ada arisan keluarga besar. Sehari-harinya Agung beserta keluarga tinggal di sebuah asrama TNI di Semarang karena dekat dengan tempat bertugasnya di Lanud Ahmad Yani, Semarang.
"Agung ini mengaku beberapa kali luput dari musibah. Seperti saat tsunami di Aceh, dia selamat karena ketika kejadian baru saja aplusan dengan temannya. Tapi kali ini Allah berkehendak lain dan memintanya pulang," ujarnya.